Syair Beserta Karya Dari Syekh Ibnu Atha'illah
MEDIAMU.COM - Syaikh Ibnu Athaillah al-Iskandari, seorang tokoh ulama besar dari Alexandria, Mesir, hidup pada abad ke-7 Hijriyah. Beliau terkenal melalui karyanya yang penuh hikmah dan spiritualitas, yakni "Hikam" atau "Hikam Ibnu Athaillah." Karya ini mencakup serangkaian aforisme singkat namun sarat makna yang menggambarkan pemahaman mendalam terhadap ajaran tasawuf dan tazkiyah al-nafs (penyucian jiwa) dalam Islam. Syaikh Ibnu Athaillah mengajarkan konsep kehendak Allah yang maha bijaksana dan pentingnya ikhlas dalam setiap perbuatan. Karya-karyanya telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak pencari kebijaksanaan dan kebenaran spiritual, serta tetap relevan hingga saat ini, mengilhami generasi Muslim dalam perjalanan rohaniah mereka. Dan kali ini kita akan mempelajari karya Ibnu Athaillah yang berupa syair.
Asal Usul Kata Syair
Kata Syair diambil dari bahasa Arab dari dasar kata syi’ir atau syu’ur yang artinya adalah perasaan yang menyadari. Sedangkan syair itu diambil dari bahasa Persia, dan selanjutnya dikenal juga sebagai puisi.
Dan selanjutnya dengan syair Al Hikam adalah merupakan sebuah puisi yang diambil dari maqolah kitab Al-Hikam karya Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari. Syair al hikam adalah kata-kata bijak untuk para pesalik yakni seseorang yang menjalani laku ilmu tasawuf.
Syair Ibnu Athaillah
Mahfuzat atau perkataan bijak dari Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari berisi berbagai hal tentang kehidupan. Berikut ini syair Al Hikam karya Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari teks arab dan artinya:
مِنْ علاماتِ الا ِعْتِمادِ عَلىَ العَملِ نـُقـَصَانُ الرَّجاءِعِنْدَ وُجُوْدِ الزَّلل
“Sebagian dari tanda bahwa seorang itu bergantung pada kekuatan amal dan usahanya, yaitu berkurangnya pengharapan atas rahmat dan karunia Allah ketika terjadi padanya suatu kesalahan dan dosa.”
إرادَتـُكَ التَجْرِيْدَ معَ اِقامةِاللهِ اِيّاكَ فى الاَسْبَابِ مِنَ الشَهْوةِ الخفِيَّةِ، وَإرادَتـُكَ الاَسْبَابِ معَ اِقامةِاللهِ اِيّاكَ فى التَجْرِيْدَ اِنْحطاط ٌ عن الهِمَّةِ العَليَّةِ
“Keinginanmu untuk tajrid (hanya beribadat saja tanpa berusaha untuk dunia), padahal Allah masih menempatkan engkau pada golongan orang-orang yang harus berusaha (asbab), maka keinginanmu itu termasuk nafsu syahwat yang samar (halus). Sebaliknya keinginanmu untuk berusaha (asbab), padahal Allah telah menempatkan dirimu pada golongan orang yang harus beribadat tanpa kasab (berusaha), maka keinginan yang demikian berarti menurun dari semangat yang tinggi”.
سَوَابِقُ الهِماَمِ لاَ تَحْرِقُ اَسْوَرَالاَقْدَارِ
“Kerasnya himmah /semangat perjuangan, tidak dapat menembus tirai takdir.”
kata-kata ibnu athaillah arab dan artinya
تنوَّعت اجْناَسُ الاَعمالِ لتنوُّعِ وارِداَتِ الاحْوالِ
“Beraneka macam jenis amal perbuatan, karena bermacam-macam pula pemberian karunia Allah yang diberikan kepada hamba-Nya.”
الاَعمالُ صوَرٌ قاءمة ٌ وَارواحُها وجودُ سِرِّ الاخلاصِ فيها
“Amal itu semata bentuk-bentuk yang tampil, adapun ruh-ruh yang menghidupkannya adalah terdapatnya rahasia ikhlas dalam amal perbuatan itu.”
اِدْفن وُجُودَك فى ارضِ الخُمول. فما نبتَ مِمَّالم يُدفن لايتِمُّ نِتاجهُ
“Tanamlah dirimu dalam tanah kerendahan, sebab tiap sesuatu yang tumbuh namun tidak ditanam, maka tidak sempurna hasil buahnya.”
مانفعَ القَلبَ شَيءٌ مثلُ عُزْلةٍ يَدْخُلُ بها ميدان فِكرةٍ
“Tidak ada sesuatu yang sangat berguna bagi hati (jiwa), sebagaimana menyendiri untuk masuk ke medan berpikir (tafakur)”
syair cinta ibnu athaillah
1. Syair Pertama: Cinta Adalah Gerbang Ma’rifat
Ibnu Athaillah mengatakan bahwa cinta sejati kepada Allah adalah jalan menuju ma’rifat (pengetahuan mendalam tentang Allah). Cinta ini membuka tabir yang menghalangi seseorang dari pemahaman tentang Tuhan.
Dalil yang dapat mendukung hal ini adalah firman Allah:
"يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ" (Dia mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya) - (QS. Al-Ma’idah: 54). Cinta ini bukanlah cinta biasa, tetapi cinta yang melibatkan ketaatan, kepasrahan, dan pengetahuan yang dalam.
2. Syair Kedua: Cinta Membawa Ketundukan
Ibnu Athaillah menyebut bahwa cinta sejati kepada Allah melahirkan ketundukan total. Ketika hati dipenuhi cinta ilahi, segala keinginan duniawi menjadi kecil.
Dalil yang mendukung:
"إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ" (Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah) - (QS. Al-An’am: 162). Cinta kepada Allah membuat semua tindakan terfokus pada-Nya.
3. Syair Ketiga: Cinta dan Kesabaran
Cinta menurut Ibnu Athaillah sering kali harus ditempuh dengan kesabaran. Cinta kepada Allah memerlukan pengorbanan dan keteguhan hati dalam menghadapi cobaan.
Dalil yang mendukung:
"وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ" (Bersabarlah, dan kesabaranmu itu hanya dari Allah) - (QS. An-Nahl: 127). Cinta akan menguatkan seseorang dalam bersabar menghadapi segala ujian dari Allah.
Demikianlah lah syair al-hikam dan beberapa isi dari syair tersebut. Semoga semakin menambah pengetahuan keislaman kita semua. Simak terus artikel lainnya di mediamu.com
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow