ads
Hadits 3 Golongan yang Tidak Diterima Puasanya

Hadits 3 Golongan yang Tidak Diterima Puasanya

Smallest Font
Largest Font

MEDIAMU.COM - Puasa adalah salah satu rukun Islam yang diwajibkan bagi setiap Muslim yang baligh, berakal, dan mampu. Lebih dari sekadar menahan lapar dan haus, puasa memiliki dimensi spiritual yang mendalam. Tujuannya adalah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Advertisement
ads
Scroll To Continue with Content

(“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”)
(QS. Al-Baqarah: 183)

Namun, tidak semua orang yang menjalankan puasa mendapatkan pahalanya. Dalam hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ

(“Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar.”)
(HR. Ahmad, Ibnu Majah)

Makna ini mengingatkan umat Islam bahwa puasa sejatinya adalah latihan untuk memperbaiki diri, mengendalikan hawa nafsu, dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan.

Golongan Pertama: Orang yang Tidak Menjaga Ucapannya

Dalam Islam, menjaga ucapan adalah bagian penting dari adab. Saat berpuasa, seorang Muslim diwajibkan meninggalkan perkataan dusta, fitnah, dan ucapan yang tidak bermanfaat. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

(“Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan buruk, maka Allah tidak butuh terhadap puasanya yang hanya meninggalkan makan dan minum.”)
(HR. Bukhari)

Contoh perilaku ini meliputi:

  • Berbohong dalam percakapan sehari-hari.
  • Bergosip atau menggunjing orang lain.
  • Berkata kasar atau menyakiti perasaan orang lain.

Orang yang tidak menjaga lisannya tidak hanya merugikan dirinya, tetapi juga dapat mencederai puasanya. Dalam konteks puasa, menjaga lisan berarti menghindari dosa dan memperbanyak zikir atau ucapan baik.

Golongan Kedua: Orang yang Memutus Tali Silaturahmi

Memelihara hubungan keluarga dan sesama Muslim adalah kewajiban dalam Islam. Orang yang memutus tali silaturahmi dianggap telah melakukan dosa besar. Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ

(“Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali silaturahmi.”)
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam konteks puasa, memutus silaturahmi dapat mengurangi keberkahan ibadah. Sebaliknya, menyambung tali silaturahmi adalah amalan yang sangat dianjurkan. Allah berfirman:

وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ

(“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (nama)-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan.”)
(QS. An-Nisa: 1)

Mengunjungi keluarga, meminta maaf, atau sekadar menjaga komunikasi yang baik adalah cara menjaga hubungan baik.

Golongan Ketiga: Orang yang Melakukan Perbuatan Zalim

Kezaliman adalah tindakan yang merugikan orang lain secara fisik, mental, atau materi. Dalam Islam, orang yang zalim akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Rasulullah ﷺ bersabda:

الظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

(“Kezaliman itu adalah kegelapan pada hari kiamat.”)
(HR. Bukhari dan Muslim)

Contoh perbuatan zalim meliputi:

  • Tidak membayar hak karyawan atau pekerja.
  • Menipu dalam transaksi.
  • Menyakiti orang lain baik secara fisik maupun verbal.

Orang yang berpuasa tetapi terus melakukan kezaliman tidak akan mendapatkan pahala. Sebaliknya, mereka diperintahkan untuk bertaubat dan memperbaiki kesalahan.

Cara Memaksimalkan Pahala Puasa

Untuk memastikan puasa bernilai ibadah, seorang Muslim harus:

  1. Menjaga lisan dan perbuatan.
  2. Memperbanyak ibadah. Seperti membaca Al-Qur'an, berdzikir, dan shalat sunnah.
  3. Memperbaiki hubungan dengan sesama. Menjaga silaturahmi dan menghindari konflik.

Allah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ

(“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.”)
(QS. An-Nahl: 128)

Dengan menjaga semua aspek tersebut, pahala puasa akan semakin maksimal.

Kesimpulan

Puasa adalah ibadah yang tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga melibatkan hati dan perbuatan. Golongan yang tidak diterima puasanya seperti orang yang tidak menjaga ucapan, memutus silaturahmi, dan berbuat zalim, harus menjadi pengingat bagi kita untuk introspeksi diri.

Semoga ibadah puasa kita diterima Allah dengan menjaga hati, lisan, dan perbuatan. Mari jadikan Ramadhan sebagai momentum perbaikan diri.

Ingin tahu lebih banyak tentang cara meningkatkan kualitas ibadah puasa dan menjaga amal agar diterima? Kunjungi Mediamu.com sekarang juga! Kami menyediakan artikel lengkap seputar puasa, adab, dan panduan Islami yang praktis dan mudah dipahami.

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait

Paling Banyak Dilihat