ads
Ayat Tentang Syariat Nabi Ibrahim

Ayat Tentang Syariat Nabi Ibrahim

Smallest Font
Largest Font

MEDIAMU.COM - Syariat Nabi Ibrahim dalam Al-Qur'an mencakup ajaran yang mengarah pada ketauhidan (mengesakan Allah) dan perilaku yang sesuai dengan petunjuk-Nya. Nabi Ibrahim dianggap sebagai bapak monoteisme, karena beliau berjuang untuk membimbing umatnya kembali kepada Allah setelah banyak di antara mereka menyembah berhala. Ajarannya menekankan pentingnya ketaatan kepada Allah, dan bagaimana seorang hamba harus menjalani hidupnya dengan tunduk pada perintah-Nya.

Dalam Surah Al-Baqarah 2:130-132, Allah berfirman:

Advertisement
ads
Scroll To Continue with Content

وَمَن يَكْرَهُ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ إِلَّا مَن سَفِهَ نَفْسَهُ
(QS. Al-Baqarah: 130)

Artinya, “Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri.” Ayat ini menegaskan bahwa ajaran Ibrahim adalah ajaran yang benar dan harus diikuti. Dalam ayat berikutnya, Allah juga menyebutkan wasiat Nabi Ibrahim kepada anak-anaknya untuk tetap berpegang pada agama yang lurus:

وَوَصَّىٰ بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
(QS. Al-Baqarah: 132)

Artinya, “Dan Ibrahim telah mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya‘qub. (Ibrahim berkata), 'Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.'"

Dalam syariatnya, Nabi Ibrahim juga mempraktikkan ibadah yang berfokus pada ketundukan kepada Allah, yang menjadi dasar ajaran Islam hingga sekarang.

Syariat Nabi Ibrahim yang Diterima oleh Umat Islam

Syariat Nabi Ibrahim menjadi dasar bagi umat Islam. Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk mengikuti millah Ibrahim yang lurus, sebagaimana disebutkan dalam Surah An-Nahl 16:123:

ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنْ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
(QS. An-Nahl: 123)

Artinya, “Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), ‘Ikutilah agama Ibrahim yang lurus; dan dia bukanlah termasuk orang-orang musyrik.’”

Ayat ini menegaskan bahwa syariat Nabi Ibrahim adalah agama yang lurus dan tidak terkontaminasi oleh syirik. Millah Ibrahim adalah ajaran yang harus diteruskan oleh umat Islam, yaitu agama yang memurnikan ibadah kepada Allah dan menjauhi segala bentuk kesyirikan.

Selain itu, dalam konteks ibadah, syariat Nabi Ibrahim juga mencakup amalan-amalan seperti kurban, yang dilaksanakan umat Islam pada setiap hari raya Idul Adha. Kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail merupakan simbol ketaatan yang total kepada Allah. Nabi Ibrahim siap mengorbankan putranya, tetapi Allah menggantinya dengan seekor domba sebagai bukti kemurahan-Nya. Peristiwa ini menjadi landasan syariat kurban, yang disebutkan dalam Surah As-Saffat 37:102-107:

فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ
(QS. As-Saffat: 101)

Artinya, “Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.” Ayat ini mengisahkan bagaimana pengorbanan Nabi Ibrahim sebagai bukti ketundukan kepada Allah, yang diikuti oleh umat Islam dengan berkurban sebagai bentuk ketaatan.

Relevansi Syariat Nabi Ibrahim dalam Kehidupan Sehari-hari

Syariat Nabi Ibrahim tetap relevan dalam kehidupan sehari-hari umat Islam. Salah satu prinsip utama dari syariat ini adalah ketauhidan, yaitu pengesaan Allah. Ajaran ini memberikan landasan yang kokoh bagi kehidupan umat Islam, karena tauhid menjadi inti dari semua ibadah. Sebagai contoh, dalam Surah Al-Ikhlas 112:1-4, Allah menjelaskan tentang sifat-Nya yang Maha Esa:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
(QS. Al-Ikhlas: 1)

Artinya, “Katakanlah, ‘Dia-lah Allah, Tuhan yang Maha Esa.’”

Kepercayaan ini mengarahkan umat Islam untuk hanya menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan apa pun. Selain itu, ketaatan kepada Allah adalah kunci utama dalam ajaran Nabi Ibrahim. Umat Islam diajarkan untuk berserah diri kepada kehendak Allah dalam setiap aspek kehidupan mereka, sebagaimana Nabi Ibrahim berserah diri dalam peristiwa penyembelihan Ismail.

Prinsip pengorbanan juga sangat relevan dalam kehidupan sehari-hari umat Islam. Seperti halnya Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan apa yang paling berharga baginya, umat Islam juga diajarkan untuk berkorban demi kebaikan umat dan agama. Salah satunya adalah dengan berkurban pada hari raya Idul Adha, yang melambangkan semangat pengorbanan dan ketundukan pada perintah Allah.

Kesimpulan

Syariat Nabi Ibrahim tetap relevan hingga kini karena ajarannya berfokus pada nilai-nilai yang mendasar dalam kehidupan umat Islam, seperti tauhid, ketundukan kepada Allah, dan pengorbanan. Ajaran ini memberikan dasar yang kuat bagi umat Islam untuk menjalani hidup sesuai dengan petunjuk Allah.

Dalam Surah Al-Baqarah 2:130, Allah menegaskan bahwa hanya orang yang bodoh yang menolak agama Ibrahim, yang menunjukkan bahwa ajaran ini adalah ajaran yang benar dan tetap berlaku sepanjang zaman. Syariat Nabi Ibrahim bukan hanya sebagai sejarah, tetapi sebagai pedoman hidup yang harus diteruskan, termasuk dalam ibadah, seperti pelaksanaan kurban.

Ajaran Nabi Ibrahim mengajarkan umat Islam untuk terus menjunjung tinggi keesaan Allah dan melaksanakan segala perintah-Nya dengan ikhlas. Sehingga, syariat Nabi Ibrahim tidak hanya relevan dalam sejarah, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari umat Islam sebagai contoh ketundukan yang sempurna kepada Allah.

Apakah Anda tertarik untuk mendalami lebih dalam tentang syariat Nabi Ibrahim dan bagaimana ajarannya terus relevan dalam kehidupan umat Islam saat ini? Kunjungi mediamu.com untuk artikel dan sumber terpercaya seputar ajaran Islam, syariat Nabi Ibrahim, dan banyak lagi. Dapatkan wawasan baru tentang bagaimana ajaran ini membentuk kehidupan beragama kita dan relevansinya dalam kehidupan sehari-hari. Jangan lewatkan konten berkualitas yang akan memperdalam pemahaman Anda!

Editors Team

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait

Paling Banyak Dilihat