Ujian Allah
Allah SWT berfirman, "Setiap jiwa pasti akan mati. Dan Kami uji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan; kepada Kamilah kalian kembali.” (QS al-Anbiya’: 35).
Ujian -- baik berupa keburukan maupun kebaikan -- sejatinya adalah untuk meningkatkan derajat di sisi Allah SWT.
Dijelaskan dalam buku tafsir "Al-Amtsal" karya Syekh Nasir Makarim, seluruh umat manusia -- termasuk golongan para Nabi -- sama-sama diberikan ujian oleh Allah SWT untuk mengukur potensinya.
Ujian hidup berlaku bagi semua orang dengan intensitas yang berbeda. Allah SWT berfirman yang artinya: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan ‘kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al-Ankabut: 2).
Semua ujian dan cobaan yang diberikan menunjukkan adanya rasa kasih sayang Allah SWT kepada hambanya. Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, maka akan bertambah berat pula ujian dan cobaan yang akan dihadapinya
Para Nabi, sekalipun menghadapi banyak jalan terjal dalam mengemban risalah Allah SWT, akan tetapi mereka selalu mengajarkan hidup lapang dan optimistik. Agar insan beriman tidak serba sempit dan negatif dalam menghadapi musibah dan masalah.
Selain para Nabi, kata Ziyad, orang-orang saleh juga tidak mungkin lepas dari ujian Allah SWT. Seperti Allah menguji Nabi Ayub AS dengan kemiskinan dan penyakit yang sangat berat selama berpuluh tahun, tetapi beliau tetap sabar.
Setelah para Nabi dan Rasul, orang yang menerima ujian berat adalah para shalihin dan ulama, baru secara berurutan ujian yang ringan kepada orang awam. Ketika seseorang berikrar amantu billah, maka Allah SWT akan menyiapkan ujian baginya. (Dr. H. Nur Ahmad Ghojali, M.A., Wakil Ketua PWM DIY/
Ketua BPH RS PKU Kotagede Yogyakarta)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow