Sunatullah Perubahan Sosial dalam Al Qur’an
YOGYAKARTA — Terdapat banyak ayat Al Qur’an yang menyinggung masalah perubahan sosial. Namun setidaknya ada dua yang menjadi rujukan utama yaitu Surah ArRa’du: 11 dan Al Anfal: 53. Hal itu disampaikan Akhmad Arif Rif’an, S.H.I., M.S.I., anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah yang juga dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD), dalam kajian virtual yang diselenggarakan Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (IC UAD), Senin 19 April 2021.
Dalam surah Ar Ra’du: 11 disebutkan bahwa “..Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri..” Menurut Arif Rif’an, ayat ini menjadi gambaran perubahan suatu kondisi tidak ideal menjadi ideal, atau kondisi tidak baik menjadi baik.
Sebaliknya dalam surah Al Anfal: 53 disebutkan “Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah diberikan-Nya kepada suatu kaum hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri..” Hal ini menjadi gambaran atas perubahan kondisi dari yang awalnya baik menuju kondisi tidak baik.
Mengutip dari Majid Irsan al-Kilani, Arif Rif’an melanjutkan bahwa di antara dua surah tersebut terdapat satu kata yang menjadi kunci dari adanya perubahan tersebut yakni “anfus”. Kata anfus adalah jamak dari kata nafs yang bermakna “bagian dalam”, dan bagian dalam yang dimaksud ialah hati atau qalb.
Manusia terdiri atas dua komponen yakni ruh dan jasad. Ketika ruh telah ditiupkan maka sejatinya ia memiliki potensi untuk merasa, berfikir, dan berkehendak. Potensi tersebut yang menghasilkan tindakan.
“Menurut ulama, qalb (hati) disebut dengan malikul a’dhaa’ (rajanya anggota badan). Sehingga muatan-muatan pada diri manusia itulah yang memberikan kendali dari adanya suatu perubahan,” tegasnya.
Sebagaimana nasihat dari ulama yang mengatakan “orang yang tidak memiliki, maka ia tidak akan bisa memberi”, menunjukkan bahwa sesungguhnya lingkungan adalah cerminan diri. Orang yang tidak memiliki kata-kata kotor, maka ia tidak akan melontarkan kata-kata kotor. Orang yang tidak memiliki harta, maka ia tidak akan bersedekah.
Dari hal ini maka disimpulkan bahwa sunnatullah atau kunci perubahan sosial itu dimulai dari muatan-muatan dalam diri manusia yakni hati. Karena hati merupakan kendali atas terjadinya suatu perubahan. (*)
Berita dikirim Fithri Istiqomah, Musyrifah Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow