Inilah Tafsir Ibnu Katsir Surat Al Fatihah
MEDIAMU.COM - Ayat pertama dari Surat Al-Fatihah, Bismillahirrahmanirrahim, menandai awal setiap tindakan seorang Muslim yang dilakukan dengan niat yang baik. Dalam tafsir Ibnu Katsir, beliau menjelaskan bahwa mengucapkan "Bismillah" sebelum memulai suatu pekerjaan adalah bentuk memohon berkah dan perlindungan dari Allah. Kata “Bismillah” berarti “Dengan menyebut nama Allah,” yang menunjukkan ketergantungan kita kepada-Nya dalam segala urusan.
Sifat Allah "Ar-Rahman" dan "Ar-Rahim" menunjukkan keutamaan kasih sayang Allah yang tak terbatas. Ar-Rahman merujuk pada kasih sayang Allah yang meliputi semua makhluk-Nya, sedangkan Ar-Rahim adalah kasih sayang khusus Allah untuk orang-orang beriman di dunia dan akhirat.
Dalil dari hadits Nabi Muhammad ﷺ yang sering dikutip terkait pentingnya mengucapkan Bismillah:
"كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه بـ 'بسم الله الرحمن الرحيم' فهو أبتر"
Artinya: "Setiap urusan penting yang tidak dimulai dengan 'Bismillah' maka terputus berkahnya."
Ibnu Katsir juga menjelaskan bahwa dalam beberapa ayat lain di Al-Qur'an, seperti pada awal Surat An-Naml (27:30), frasa "Bismillahirrahmanirrahim" digunakan sebagai pembuka surat dari Nabi Sulaiman kepada Ratu Saba.
Tafsir Ayat 2 Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin
Ayat kedua, Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin, mengandung pujian penuh untuk Allah. Alhamdu berarti segala pujian yang tulus datang dari hati dan lisan untuk Allah. Dalam tafsir Ibnu Katsir, beliau menjelaskan bahwa semua bentuk pujian, baik di dunia maupun akhirat, pada dasarnya hanya milik Allah.
Kata "Rabb" merujuk pada Tuhan yang memelihara, mengatur, dan menguasai seluruh makhluk, sedangkan "'Alamin" berarti semua yang ada di alam semesta, baik makhluk yang tampak (seperti manusia dan hewan) maupun yang tidak tampak (seperti malaikat dan jin). Allah adalah Rabb seluruh alam semesta, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam pengaturan dan penciptaan.
Ibnu Katsir mengutip dalil dari Al-Qur'an untuk mendukung makna ini:
الحمد لله الذي خلق السماوات والأرض وجعل الظلمات والنور ثم الذين كفروا بربهم يعدلون (الأنعام: 1)
Artinya: "Segala puji bagi Allah yang menciptakan langit dan bumi serta menjadikan gelap dan terang; namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Rabb mereka."
Tafsir Ayat 3 Ar-Rahmanirrahim
Ayat ketiga, Ar-Rahmanirrahim, mengulangi dua sifat Allah yang disebutkan dalam ayat pertama. Menurut tafsir Ibnu Katsir, pengulangan ini menunjukkan betapa pentingnya rahmat Allah. Ar-Rahman menunjukkan kasih sayang Allah yang meliputi seluruh makhluk-Nya di dunia ini, baik yang beriman maupun yang tidak beriman. Sedangkan Ar-Rahim menekankan rahmat khusus Allah yang diberikan kepada orang-orang yang beriman di akhirat.
Rahmat Allah begitu luas dan meliputi segala sesuatu. Ibnu Katsir menekankan bahwa sifat Ar-Rahman mencakup semua makhluk tanpa pengecualian, namun Ar-Rahim lebih khusus diperuntukkan bagi kaum Muslimin yang taat. Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir merujuk pada hadits di mana Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
"إن الله كتب كتاباً قبل أن يخلق الخلق: إن رحمتي سبقت غضبي"
Artinya: "Sesungguhnya Allah telah menulis sebuah kitab sebelum menciptakan makhluk: ‘Rahmat-Ku mendahului murka-Ku.’"
Tafsir Ayat 4 Maliki Yaumid-Din
Ayat keempat, Maliki Yaumid-Din, menegaskan bahwa Allah adalah penguasa tunggal pada Hari Pembalasan. Dalam tafsir Ibnu Katsir, beliau menjelaskan bahwa Allah adalah satu-satunya yang memiliki kekuasaan penuh pada hari ketika manusia akan diperhitungkan amal perbuatannya.
Istilah "Malik" berarti penguasa yang memiliki kendali penuh, dan "Yaumid-Din" merujuk pada hari di mana manusia akan mendapatkan balasan atas setiap amal perbuatan mereka, baik kebaikan maupun keburukan. Hari itu dikenal sebagai hari kiamat, hari di mana keadilan Allah akan ditegakkan tanpa sedikitpun kezaliman.
Dalil Al-Qur'an yang relevan dengan ayat ini adalah:
مالك يوم الدين (الفاتحة: 4)
Artinya: "Penguasa hari pembalasan."
Ibnu Katsir juga menjelaskan bahwa Allah adalah Raja di dunia dan di akhirat, tetapi pada Hari Pembalasan kekuasaan-Nya akan lebih jelas terlihat karena pada hari itu semua manusia tunduk kepada-Nya. Tidak ada yang memiliki kekuasaan atau hak bicara kecuali dengan izin-Nya.
Tafsir Ayat 5 Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in
Ayat kelima, Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in, menegaskan pentingnya tauhid dalam Islam. Dalam tafsir Ibnu Katsir, beliau menjelaskan bahwa ayat ini menekankan bahwa hanya kepada Allah-lah kita beribadah, dan hanya kepada-Nya kita memohon pertolongan. Ini adalah bentuk pengakuan total akan keesaan Allah dan pengabdian penuh seorang hamba kepada-Nya.
"Iyyaka Na'budu" berarti "Hanya kepada Engkau kami menyembah", menekankan tauhid dalam bentuk ibadah. Sedangkan "Iyyaka Nasta'in" berarti "Hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan", mengajarkan bahwa seorang Muslim harus selalu bergantung kepada Allah dalam setiap usaha dan ikhtiar. Tidak ada yang bisa memberikan pertolongan kecuali Allah.
Dalil yang mendukung ayat ini adalah:
وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (الفاتحة: 5)
Artinya: "Dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan."
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini adalah deklarasi mutlak penghambaan kepada Allah, yang menguatkan konsep tauhid uluhiyyah (menyembah Allah saja).
Tafsir Ayat 6: Ihdinash-Shiratal Mustaqim
Ayat keenam, Ihdinash-Shiratal Mustaqim, adalah permohonan kepada Allah agar diberikan petunjuk ke jalan yang lurus. Dalam tafsir Ibnu Katsir, beliau menjelaskan bahwa ayat ini merupakan doa agar Allah memberikan bimbingan dan hidayah untuk tetap berada di jalan yang benar, yaitu jalan Islam yang mengarahkan kepada keridhaan Allah dan surga.
"Sirat" berarti jalan, sedangkan "Mustaqim" berarti lurus. Jalan yang lurus adalah agama Islam dan petunjuk Allah yang tercermin dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Ibnu Katsir menekankan bahwa manusia senantiasa membutuhkan bimbingan dari Allah, karena tanpa petunjuk-Nya, manusia akan mudah tersesat.
Dalil yang mendukung makna ini adalah firman Allah:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ (الأنعام: 153)
Artinya: "Dan inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah jalan itu."
Tafsir Ayat 7 Shiratal-Ladzina An'amta 'Alaihim, Ghairil Maghdubi 'Alaihim Waladh-Dhallin
Ayat terakhir, Shiratal-Ladzina An'amta 'Alaihim, Ghairil Maghdubi 'Alaihim Waladh-Dhallin, adalah penjelasan lebih lanjut mengenai "jalan yang lurus" yang dimohonkan dalam ayat sebelumnya. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa jalan tersebut adalah jalannya orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, orang-orang yang jujur, syuhada, dan orang-orang saleh. Mereka adalah contoh dari hamba-hamba yang taat kepada Allah.
Istilah Maghdubi 'Alaihim merujuk kepada orang-orang yang dimurkai oleh Allah karena mengetahui kebenaran namun menolaknya. Dalam tafsir ini, mereka diidentifikasi sebagai orang-orang Yahudi yang mengetahui ajaran Allah tetapi menolaknya. Sedangkan Dhallin merujuk kepada orang-orang yang sesat, yaitu mereka yang mengikuti ajaran yang keliru dan menyimpang dari kebenaran, seperti kaum Nasrani.
Dalil dari ayat ini:
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (الفاتحة: 7)
Artinya: "Jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat, bukan jalannya orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalannya orang-orang yang sesat."
Kesimpulan
Tafsir Ibnu Katsir mengenai Surat Al-Fatihah memberikan wawasan yang mendalam tentang tauhid, kasih sayang Allah, dan pentingnya bimbingan-Nya dalam hidup. Setiap ayat dari Surat Al-Fatihah mengandung makna yang kaya dan relevan bagi kehidupan seorang Muslim. Surat ini dikenal sebagai "Ummul Kitab" atau induk dari Al-Qur'an karena isinya mencakup esensi ajaran Islam.
Dengan memahami tafsir dari ayat-ayat Surat Al-Fatihah, seorang Muslim bisa memperdalam hubungan spiritualnya dengan Allah dan memahami betapa pentingnya berserah diri kepada-Nya dalam segala aspek kehidupan. Selain itu, pemahaman yang benar tentang siapa yang dimurkai dan siapa yang sesat dapat membantu kita dalam menjaga jalan kita tetap lurus di bawah bimbingan Allah.
Jika kamu ingin mempelajari lebih lanjut tentang Tafsir Ibnu Katsir untuk Surat Al-Fatihah dan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang makna di balik setiap ayat, kunjungi mediamu.com sekarang juga! Di sana, kamu akan menemukan berbagai artikel keislaman, tafsir Al-Qur'an, serta penjelasan komprehensif lainnya yang bisa memperkuat pengetahuan dan iman kamu.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow