Imam Syafi'i dan Sifat Sabar dimilikinya
MEDIAMU.COM -Imam Syafi'i dan Sifat Sabar dimilikinya
Memaknai Kesabaran imam Syafi'i
Ulama Besar yaitu Imam Syafi'i rahimahullah Ta’ala pernah diuji dengan sakit bawasir, yang terus-menerus mengucurkan darah siang dan malam, hingga ketika beliau duduk darah terus menetes, sampai suatu saat beliau menyatakan,”Ya Allah jika dengan ujian ini Engkau ridha, maka tambahkan sakit ini padaku”.
Pernyataan Imam As Syaf’i tersebut akhirnya sampai ke telinga guru beliau Muslim bin Khalid Az Zanji dan beliau pun menyampaikan,”Apa ini wahai Muhammad? Mintalah kepada Allah kesembuhan. Sesungguhnya engkau dan aku bukanlah rijalul bala”. (Tanbih Al Mughtarrin, hal. 18).
besarnya kesabaran para ulama ketika mereka tertimpa cobaan. Bahkan mereka rela dengan rasa sakit jika dengan hal itu Allah meridhai. Kisah di atas juga mencerminkan betapa para ulama memiliki sifat tawadhu’ dan mereka merasa tidak layak masuk golongan rijalul bala’, yakni orang-orang yang terus-menerus memperoleh ujian Allah namun tetap bersabar dengan ujian itu sebagaimana yang terjadi pada para nabi dan rasul.
3 Macam kesabaran
Kesabaran adalah akhlak Mulia , yang dengannya setiap orang dapat menghalau segala rintangan.
Terdapat tiga macam kesabaran
1. Sabar dalam Melaksanakan Ketaatan Kepada Allah
2. Sabar dalam menjauhi kemaksiatan
3. Sabar menghadapi ujian dan takdir Allah SWT
Kisah Perjalanan kesabaran Imam Syafi'i
Dikutip dari buku Ensiklopedia Imam Syafi'i karya DR. Ahmad Nahrawi Abdus Salam Al-Indunisi (25/5) dikisahkan perjalanan Rabi dalam menuntut ilmu.
Sama seperti murid lainnya, Rabi selalu hadir ketika Imam Syafi'i menyampaikan ilmu dalam majelis. Namun Rabi selalu gagal memahami ilmu yang disampaikan Imam Syafi'i. Dengan sabar, Imam Syafi'i yang bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi'i al-Muththalibi al-Qurasyi ini dengan sabar kembali mengulang pelajaran yang disampaikan.
Setelah menerangkan pelajaran, Imam Syafi'i bertanya, "Rabi sudah faham paham belum?" lantas djawab Rabi "Belum faham."
Dengan kesabarannya, Imam Syafi'i mengulang lagi pelajaranya dan menanyakan hal yang sama. "Sudah faham belum?".Berulang kali juga Rabi mengatakan belum faham.
Kesabaran Imam Syafi'i
Dalam kitab Manaqib Imam Syafii yang ditulis oleh Imam Baihaqi disebutkan bahwa Imam Syafi'i sampai harus menerangkan hingga 39 kali, namun tidak juga dipahami oleh Rabi. Mengetahui sang murid tak kunjung paham, Imam Syafi'i lantas mengundang Rabi untuk datang ke rumahnya dan mengajar secara privat.
Dengan penuh kesabaran, Imam Syafi'i menjelaskan dan menyampaikan ilmunya. Dan lagi-lagi Rabi tak bisa memahami. Sampai suatu hari Imam Syafi'i mengatakan kepada Rabi sebuah kalimat yang menenangkan sekaligus menjadi motivasi.
"Muridku, sebatas inilah kemampuanku mengajarimu. Jika kau masih belum paham juga, maka berdoalah kepada Allah agar berkenan mengucurkan ilmu-Nya untukmu. Saya hanya menyampaikan ilmu. Allah-lah yang memberikan ilmu." ujar Imam Syafi'i.
Kisah menarik di balik Imam Syafi'i
Namun ada kisah menarik dari Rabi yang juga dikenal lamban dalam menerima pelajaran dari Iman Syafi'i. Dikutip dari buku Ensiklopedia Imam Syafi'i karya DR. Ahmad Nahrawi Abdus Salam Al-Indunisi (25/5) dikisahkan perjalanan Rabi dalam menuntut ilmu.
Sama seperti murid lainnya, Rabi selalu hadir ketika Imam Syafi'i menyampaikan ilmu dalam majelis. Namun Rabi selalu gagal memahami ilmu yang disampaikan Imam Syafi'i. Dengan sabar, Imam Syafi'i yang bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Idris asy-Syafi'i al-Muththalibi al-Qurasyi ini dengan sabar kembali mengulang pelajaran yang disampaikan.
Setelah menerangkan pelajaran, Imam Syafi'i bertanya, "Rabi sudah faham paham belum?" lantas djawab Rabi "Belum faham."
Dengan kesabarannya, Imam Syafi'i mengulang lagi pelajaranya dan menanyakan hal yang sama. "Sudah faham belum?".Berulang kali juga Rabi mengatakan belum faham.
Dalam kitab Manaqib Imam Syafii yang ditulis oleh Imam Baihaqi disebutkan bahwa Imam Syafi'i sampai harus menerangkan hingga 39 kali, namun tidak juga dipahami oleh Rabi. Mengetahui sang murid tak kunjung paham, Imam Syafi'i lantas mengundang Rabi untuk datang ke rumahnya dan mengajar secara privat.
Dengan penuh kesabaran, Imam Syafi'i menjelaskan dan menyampaikan ilmunya. Dan lagi-lagi Rabi tak bisa memahami. Sampai suatu hari Imam Syafi'i mengatakan kepada Rabi sebuah kalimat yang menenangkan sekaligus menjadi motivasi.
"Muridku, sebatas inilah kemampuanku mengajarimu. Jika kau masih belum paham juga, maka berdoalah kepada Allah agar berkenan mengucurkan ilmu-Nya untukmu. Saya hanya menyampaikan ilmu. Allah-lah yang memberikan ilmu." ujar Imam Syafi'i.
Rabi memang mengalami kesulitan menyerap ilmu yang disampaikan Imam Syafi'i namun ia memiliki suara merdu saat melantunkan adzan. Suatu hari Imam Syafi'i mendengar suara adzan Rabi dan mengatakan:
"Sungguh aku sangat senang mendengar suara adzanmu. Seandainya aku bisa menurunkan ilmu kepadamu, aku akan menyuapkannya kepadamu seperti seorang bayi yang disuapi makanan oleh ibunya."
Mendengar ucapan sang guru, Rabi menjadi semakin bersemangat belajar sekaligus bermunajat kepada Allah SWT agar ia dipermudah menerima ilmu. Keikhlasan, kesalehan, dan kesungguhan dari Rabi ini pun membuahkan hasil.
Rabi' bin Sulaiman kini bahkan bukan hanya dikenal sebagai muadzin bersuara merdu. Pria yang lahir pada Tahun 174 Hijriyah dan wafat pada Tahun 270 Hijriyah ini kemudian berkembang menjadi salah satu ulama besar Madzhab Syafi'i dan termasuk perawi hadis yang sangat terpercaya dalam periwayatannya.
Editor: Muhammad Fajrul Falaq
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow