Hikmah Jeruk Imlek dalam Perspektif Keislaman
Perayaan Imlek identik dengan berbagai tradisi, salah satunya adalah pemberian jeruk mandarin. Dalam budaya Tionghoa, jeruk mandarin melambangkan keberuntungan, kemakmuran, dan kesejahteraan. Lalu, bagaimana Islam memandang makna di balik tradisi ini?
Makna Jeruk dalam Islam
Jeruk merupakan salah satu buah yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai rezeki yang diberikan oleh Allah. Dalam Surah Ar-Rahman, Allah berfirman:
فِيْهِمَا فَاكِهَةٌ وَّنَخْلٌ وَّرُمَّانٌۚ ٦٨
"Di dalam keduanya (surga) ada buah-buahan, kurma, dan delima." (QS. Ar-Rahman: 68)
Meskipun jeruk tidak disebut secara langsung dalam ayat ini, buah-buahan secara umum menjadi simbol kenikmatan dan rezeki dari Allah. Islam mengajarkan bahwa segala bentuk rezeki, termasuk buah-buahan seperti jeruk, adalah tanda kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.
Hikmah Jeruk Imlek dalam Islam
Dalam Islam, rezeki harus selalu disyukuri. Jeruk yang identik dengan kemakmuran dalam tradisi Imlek bisa dijadikan pengingat bahwa segala bentuk rezeki berasal dari Allah. Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa tidak bersyukur atas yang sedikit, maka ia tidak akan mampu bersyukur atas yang banyak." (HR. Ahmad)
Dengan demikian, pemberian jeruk dalam perayaan Imlek bisa dipandang sebagai bentuk berbagi rezeki dan wujud rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah.
Mempererat Silaturahmi
Islam sangat menekankan pentingnya menjalin hubungan baik dengan sesama manusia. Dalam perayaan Imlek, jeruk sering diberikan kepada keluarga, sahabat, dan tetangga sebagai bentuk penghormatan dan doa kebaikan. Ini sejalan dengan ajaran Islam yang menganjurkan untuk menjaga silaturahmi:
"Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi." (HR. Bukhari & Muslim)
Menghargai Perbedaan dan Toleransi
Islam mengajarkan untuk menghormati dan hidup berdampingan dengan berbagai budaya, selama tidak bertentangan dengan akidah. Pemberian jeruk saat Imlek bisa menjadi sarana untuk mempererat hubungan dengan saudara-saudara kita yang merayakan, tanpa harus ikut dalam ritual yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Mengamalkan Prinsip Sederhana dan Tidak Berlebihan
Islam mengajarkan keseimbangan dalam kehidupan, termasuk dalam menikmati makanan dan rezeki. Jika dalam budaya Tionghoa jeruk melambangkan kemakmuran, maka dalam Islam kemakmuran harus diiringi dengan sikap dermawan dan tidak berlebihan. Allah berfirman:
وَاٰتِ ذَا الْقُرْبٰى حَقَّهٗ وَالْمِسْكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيْرًا٢٦
اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوْٓا اِخْوَانَ الشَّيٰطِيْنِۗ وَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوْرًا٢٧
"Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara setan." (QS. Al-Isra’: 26-27)
Oleh karena itu, dalam menyikapi tradisi ini, umat Islam bisa mengambil nilai positifnya, yakni berbagi rezeki dengan sederhana dan penuh makna.
By Rino Hari Prasetyo
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow