Harmoni Ilmu dan Keimanan: Biologi sebagai Bukti Kekuasaan Allah
-
- اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ ٣٠
- وَهُوَ الَّذِيْٓ اَنْشَاَ جَنّٰتٍ مَّعْرُوْشٰتٍ وَّغَيْرَ مَعْرُوْشٰتٍ وَّالنَّخْلَ وَالزَّرْعَ مُخْتَلِفًا اُكُلُهٗ وَالزَّيْتُوْنَ وَالرُّمَّانَ مُتَشَابِهًا وَّغَيْرَ مُتَشَابِهٍۗ كُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖٓ اِذَآ اَثْمَرَ وَاٰتُوْا حَقَّهٗ يَوْمَ حَصَادِهٖۖ وَلَا تُسْرِفُوْاۗ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَۙ ١٤١
Dalam Islam, ilmu pengetahuan, termasuk biologi, dianggap sebagai sarana untuk memahami keagungan Allah SWT. Al-Qur'an sering mengajak manusia untuk merenungkan ciptaan-Nya, seperti tumbuhan, hewan, dan tubuh manusia. Sebagai contoh, dalam Surat Al-Anbiya ayat 30, Allah berfirman,
اَوَلَمْ يَرَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنَّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنٰهُمَاۗ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاۤءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّۗ اَفَلَا يُؤْمِنُوْنَ ٣٠
"Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi, keduanya, dahulu menyatu, kemudian Kami memisahkan keduanya dan Kami menjadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air? Maka, tidakkah mereka beriman?."
Ayat tersebut menegaskan bahwa air adalah elemen utama kehidupan, yang kemudian terbukti melalui keilmuan biologi. Hubungan ini menunjukkan bahwa Islam mendorong umatnya untuk mempelajari alam sebagai bentuk ibadah dan rasa syukur.
Tidak hanya itu, kajian biologi dalam Islam juga mencakup konsep keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan hidup. Dalam Al-Qur'an, banyak ayat yang membahas pentingnya menjaga lingkungan dan keanekaragaman hayati. Sebagai contoh, Surat Al-An'am ayat 141:
وَهُوَ الَّذِيْٓ اَنْشَاَ جَنّٰتٍ مَّعْرُوْشٰتٍ وَّغَيْرَ مَعْرُوْشٰتٍ وَّالنَّخْلَ وَالزَّرْعَ مُخْتَلِفًا اُكُلُهٗ وَالزَّيْتُوْنَ وَالرُّمَّانَ مُتَشَابِهًا وَّغَيْرَ مُتَشَابِهٍۗ كُلُوْا مِنْ ثَمَرِهٖٓ اِذَآ اَثْمَرَ وَاٰتُوْا حَقَّهٗ يَوْمَ حَصَادِهٖۖ وَلَا تُسْرِفُوْاۗ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَۙ ١٤١
“Dialah yang menumbuhkan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam rasanya, serta zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya apabila ia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya. Akan tetapi, janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”.
Ayat diatas mengingatkan manusia untuk tidak berlebihan dalam memanfaatkan hasil bumi. Prinsip ini sejalan dengan konsep ekologi dalam keilmuan biologi yang menekankan pentingnya menjaga keberlanjutan sumber daya alam. Dengan mempelajari biologi, umat Islam dapat memahami lebih dalam bagaimana ciptaan Allah swt saling bergantung dan berkontribusi dalam menjaga kehidupan di bumi.
Selain sebagai alat untuk memahami alam, biologi juga berperan dalam pengembangan ilmu kedokteran yang sangat dihargai dalam Islam. Sejak zaman keemasan Islam, para ilmuwan Muslim seperti Ibnu Sina dan Al-Razi telah berkontribusi besar dalam memahami anatomi, fisiologi, dan pengobatan. Penemuan mereka menjadi dasar ilmu kedokteran modern dan menunjukkan bagaimana agama dan ilmu pengetahuan dapat berjalan seiring. Dengan memadukan keimanan dan ilmu biologi, umat Islam diajak untuk tidak hanya mengagumi ciptaan Allah tetapi juga memberikan manfaat bagi sesama makhluk hidup.
By Rino Hari Prasetyo
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow