Cinta dalam ISLAM

Cinta dalam ISLAM

Smallest Font
Largest Font

Oleh : Eko Harianto*

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Bercinta dan perasaan cinta mungkin sesuatu yang sukar dielakkan pada zaman sekarang ini. Dengan kemudahan teknologi perhubungan, hampir mustahil pemuda di zaman ini tidak bercinta, walaupun sekurang-kurangnya hanya dengan ber-sms, facebook, whatsapp, twitter, instagram, line, dan sebagainya.

Islam merupakan agama yang mengajarkan pada cinta serta menganjurkan untuk menumbuhkan rasa cinta yang ada. Baik berupa cinta kepada Allah SwT, kepada Rasul-Nya, kepada Agama (keyakinan), kepada sesama manusia, maupun kepada makhluk hidup yang ada di sekitarnya.

Manusia yang ada di dunia ini akan menunjukkan sikap acuh tak acuh saat mendengarkan tema cinta dalam Al-Qur’an, bahkan di antara manusia tersebut ada yang mengecam seraya berucap la haula wa la quwwata illa bi Allah, dan a’udzu bi Allah terhadap tema Al-Qur’an dan Cinta.

Sangat jarang manusia yang mampu memahami tema yang ada tersebut, bahkan dapat dikatakan sangat langka. Hanya yang diberi anugerah ilmu dan petunjuk lebih oleh Allah SwT serta adanya pemahaman dan kepekaan terhadap teks-teks Al-Qur’an dan Hadits yang mampu menggali sekaligus meyakini bahwa sesungguhnya Islam adalah agama cinta. Seorang Mukmin tidak akan dapat mengecap manisnya iman kecuali setelah ia merasakan hangat dan lezatnya cinta.

Dalam berbagai ayat Al-Qur’an al-Karim menyatakan secara terbuka tentang persoalan cinta. Allah SwT mencintai orang-orang yang bertaubat dan menyucikan diri; juga orang-orang yang berbuat kebajikan, tabah, dan bertakwa. Allah SwT memberikan cinta kasih-Nya, sebagaimana dapat kita fahami dalam firman-Nya kepada Nabi Musa As. sebagai berikut: “Aku angerahkan cinta-Ku kepadamu.” (QS. Thaha: 39)

Pada hakekatnya cinta adalah sebuah amalan hati yang akan terwujud dalam (amalan) lahiriah. Apabila cinta tersebut sesuai dengan apa yang diridhai Allah SwT, maka ia akan menjadi ibadah. Apabila sebaliknya, jika cinta tidak sesuai dengan ridha Allah SwT maka akan menjadi perbuatan maksiat (seperti yang banyak terjadi pada zaman sekarang ini). Berarti jelas bahwa cinta adalah ibadah hati yang bila keliru menempatkannya akan menjatuhkan kita ke dalam sesuatu yang dimurkai Allah SwT yaitu kesyirikan.

Al-Qur’an banyak menuturkan ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah cinta. Hal tersebut membuktikan bahwa Allah SwT memberikan petunjuk tentang batasan-batasan cinta serta kaitannya dengan kehidupan makhluk ciptaan-Nya. Beberapa ayat dalam al-Qur’an yang memberikan motivasi cinta kepada makhluk ciptaan-Nya yaitu :

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS. Maryam: 96)

“Katakanlah: ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya’. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At-Taubah: 24)

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Ruum: 21)

Masih banyak lagi redaksi dalam al-Qur’an yang memberikan motivasi tentang cinta. Di samping itu, Rasulullah Saw. juga memberikan fondasi ajaran cinta yang begitu indah, di antaranya adalah :

“Barangsiapa ingin dicintai Allah SwT dan Rasul-Nya, hendaklah dia berbicara benar (jujur), menepati janji (amanah), dan tidak mengganggu tetangganya”. (HR. Baihaqi)

“Tali keimanan yang terkuat adalah apabila engkau mencintai karena Allah SwT, dan juga membenci karena Allah SwT”. (HR. Thabrani)

“Cinta berkelanjutan (diwariskan) dan benci berkelanjutan (diwariskan)”. (HR. Bukhari)

Ali Bin Abi Thalib ra. yang merupakan sepupu sekaligus menantu Rasulullah Saw. memberikan nasihat cinta yang sangat indah sekali :

Cintailah kekasih anda sekedarnya saja, sebab bisa jadi suatu saat nanti dia akan menjadi orang yang membenci kamu. Dan bencilah yang membenci kamu sekedarnya saja, sebab bisa saja suatu saat nanti dia akan menjadi orang yang mencintai kamu.

Cintailah orang lain seperti halnya anda mencintai diri anda sendiri, dan bencilah kepadanya sebagaimana anda membenci diri anda sendiri.   

Selain ayat-ayat yang memberikan motivasi cinta kepada kita, ada beberapa makna cinta yang terungkap menurut Al-Qur’an :

  1. Cinta Mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan “nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.
  2. Cinta Rahmahadalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih walaupun ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antara orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al-Qur’an, kerabat disebut al arham, dzawi al arham, yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim ertinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.
  3. Cinta Mailadalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedut seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al-Qur’an disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.
  4. Cinta Syaghafadalah cinta yang sangat mendalam, alami, orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad syaghafaha hubba) boleh jadi seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak menyedari apa yang dilakukan. Al-Qur’an menggunakan istilah syaghaf ketika menceritakan bagaimana cintanya Zulaikha, isteri pembesar Mesir kepada bujangnya, Yusuf.
  5. Cinta Ra’fahyaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak sanggup membangunkannya untuk shalat, membelanya meskipun salah. Al-Qur’an menyebut istilah ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra’fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah SwT, dalam hal ini hukuman bagi pezina;

ٱلزَّانِيَةُ وَٱلزَّانِي فَٱجۡلِدُواْ كُلَّ وَٰحِدٖ مِّنۡهُمَا مِاْئَةَ جَلۡدَةٖۖ وَلَا تَأۡخُذۡكُم بِهِمَا رَأۡفَةٞ فِي دِينِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۖ وَلۡيَشۡهَدۡ عَذَابَهُمَا طَآئِفَةٞ مِّنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ

 “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera…” (QS. An-Nuur: 2).

  1. Cinta Shobwahyaitu cinta buta, cinta yang mendorong kelakuan yang menyimpang tanpa sanggup mengelak. Al-Qur’an menyebut istilah ini ketika mengisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaikha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh :

 وَإِلَّا تَصۡرِفۡ عَنِّي كَيۡدَهُنَّ أَصۡبُ إِلَيۡهِنَّ وَأَكُن مِّنَ ٱلۡجَٰهِلِينَ

“…Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku Termasuk orang-orang yang bodoh’.” (QS. Yusuf: 33)

  1. Cinta Syauq (Rindu),istilah ini bukan dari al-Qur’an tetapi dari hadits yang menafsirkan al-Qur’an. Dalam surat Al-`Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barang siapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadits riwayat Ahmad :  “wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila liqa’ika” (aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu). Menurut Ibnu al-Qayyim al-Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, (hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi).
  2. Cinta Kulfahyakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positif meski sulit, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al-Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah SwT tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya;

لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا وُسۡعَهَاۚ

 “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…” (QS. Al-Baqarah: 286).

Sementara itu, cinta sejati menurut Islam ialah :

  1. Tidak rela yang dicintai menderita
  2. Rela berkorban apapun demi yang dicintai
  3. Memenuhi segala keinginan dari yang dicintai
  4. Tidak pernah memaksakan kehendak kepada yang dicintai
  5. Berlaku sepanjang masa. Cinta tersebut hanya ada antara Khalik dan Makhluk, cinta antara makhluk harus ditambah syarat-syarat berikut:
  6. Cintanya tersebut karena Allah SwT.
  7. Harus memenuhi segala aturan yang dibuat oleh Allah SwT.
  8. Sex bukanlah cinta dan cinta bukanlah sex, tetapi sex adalah bunga-bunga dari cinta dan hanya ada dalam pernikahan dan hanya dengan yang dinikahi.
  9. Cinta bukan uang atau harta atau duniawi, tetapi cinta membutuhkan uang, harta dan duniawi.

Begitu indahnya cinta Islam, cinta untuk Allah, cinta untuk Rasulullah, cinta untuk orang yang melahirkan kita, cinta untuk orang tua kita, cinta untuk sahabat kita, cinta untuk orang di sekitar kita, cinta untuk orang yang akan mendampingi kita nantinya, dan tentunya cinta untuk semua makhluk-makhluk-Nya. Namun pada zaman sekarang dan situasi kondisi saat ini, cinta yang lahir cenderung penuh dengan hawa nafsu, nafsu yang menggebu-gebu dan menyimpang dari norma-norma agama dan apa yang telah diperintahkan Allah SWT, serta menyimpang dari sebuah tujuan murni cinta itu yang sebenarnya. Setiap saat, setiap hari kita terutama pada kalangan muda bahakan anak-anak pun dibuai dengan lagu-lagu cinta, dibuat terlena dengan tontonan kisah cinta (sinetron, film) yang menghanyutkan kita ke dalam dunia khayal yang merugikan. Bahkan sekarang ini banyak orang yang menyalahartikan makna dan arti dari apa cinta itu sebenarnya, sehingga mereka terdorong melewati batas pergaulan dan tata susila seorang mukmin.


*Konselor Remaja dan Penulis

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait

Paling Banyak Dilihat