Islam

Islam

MediaMU.COM

May 12, 2024
Otomatis
Mode Gelap
Mode Terang

Ayah Rasulullah SAW Tidak Masuk Surga? Simak Penjelasannya

Foto Ilustrasi oleh mediamu.com / Ayah Rasulullah SAW Tidak Masuk Surga? Simak Penjelasannya

MEDIAMU.COM - Ayah Rasulullah SAW Tidak Masuk Surga? Simak Penjelasannya 

Mengetahui Sosok Ayah Rasulullah 

Rasulullah SAW memiliki seorang ayah yaitu Abdullah. Yang sudah jelas beliau ada dimuka bumi ini sebelum adanya risalah untuk menganut agama Islam yang diturunkan ke anak nya Muhammad.

Hadist yang Tertuju Tentang Hal Ini

Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dan bersumber melalui Tsabit dari Anas bin Malik RA menjadi sandaran bagi dugaan itu. Bahwa seorang lelaki bertanya,” Wahai Rasulullah, ke manakah ayahku? Beliau menjawab, "Di neraka." Ketika lelaki itu menunduk, beliau memanggilnya seraya berkata:

إن أبي وأباك في النار "

Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka."

Muhammad Husain Haikal dalam Sejarah Hidup Muhammad, mengutip Syekh Musthafa Hamdu Ulayan al-Hanbali menjelaskan, hadits ini mengandung dalil asumtif. Bisa jadi, kata Inna Abi, (sesungguhnya ayahku) yang dimaksud ada lah paman beliau, Abu Thalib. Masyarakat Arab biasa memanggil atau menyebut paman dengan kata Abu atau ayah. Bisa saja, jawaban Rasulullah atas lelaki itu merujuk pada paman beliau. 

Para ulama menyepakati jika orang tua Nabi SAW masuk ke dalam golongan Ahlul Fatrah atau orang-orang yang hidup pada zaman Fatrah. 

Pengertian Ahlul Fatrah Adalah

Ahlul fatrah adalah istilah yang digunakan dalam Islam untuk merujuk pada orang-orang yang hidup di masa atau tempat di mana risalah Islam belum sampai atau tidak tersedia bagi mereka. Istilah ini berasal dari bahasa Arab, dengan "ahl" berarti orang atau kelompok, dan "fatrah" berarti masa jeda atau kesenjangan.

Dalam konteks agama, ahlul fatrah sering dikaitkan dengan orang-orang yang hidup di antara masa kenabian atau di daerah terpencil di mana ajaran Islam belum tersebar. Menurut pandangan Islam, nasib akhirat orang-orang ini akan ditentukan oleh Allah berdasarkan keadaan dan pengetahuan yang mereka miliki tentang kebenaran, serta niat dan tindakan mereka selama hidup.

Pendapat ulama berbeda-beda mengenai bagaimana persisnya nasib akhirat ahlul fatrah, tetapi banyak yang meyakini bahwa Allah akan memberikan ujian atau penilaian yang adil kepada mereka di akhirat berdasarkan prinsip keadilan dan rahmat-Nya.

Dalil Tentang Ahlul Fatrah

Tersemat dalam Al-Qur'an QS. Al-Maidah [5]: 19 yang berbunyi :

يَٰٓأَهْلَ ٱلْكِتَٰبِ قَدْ جَآءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلَىٰ فَتْرَةٍ مِّنَ ٱلرُّسُلِ أَن تَقُولُوا۟ مَا جَآءَنَا مِنۢ بَشِيرٍ وَلَا نَذِيرٍ ۖ فَقَدْ جَآءَكُم بَشِيرٌ وَنَذِيرٌ ۗ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Latin : Yā ahlal-kitābi qad jā`akum rasụlunā yubayyinu lakum ‘alā fatratim minar-rusuli an taqụlụ mā jā`anā mim basyīriw wa lā nażīr, fa qad jā`akum basyīruw wa nażīr, wallāhu ‘alā kulli syai`ing qadīr

Artinya : “Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syari’at Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan: “Tidak ada datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan”. Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Imam Ibnu Katsir berpendapat bahwa pada dasarnya fathrah tidak hanya dimaksudkan pada kaum tertentu seperti halnya masa antara Nabi Isa AS hingga Nabi Muhammad SAW, namun juga menyeluruh pada setiap kekosongan pengutusan Rasul. Seperti masa antara Nabi Idris AS dan Nabi Nuh AS, dan lain sebagainya.

Zaman Kekosongan Nabi

Zaman kekosongan nabi, atau dalam bahasa Arab disebut sebagai "al-Fatrah", merujuk pada periode waktu di antara dua masa kenabian dalam sejarah Islam. Zaman ini ditandai dengan tidak adanya seorang nabi yang hidup dan menyampaikan wahyu dari Allah kepada umat manusia. Periode kekosongan nabi yang paling terkenal adalah masa antara Nabi Isa (Yesus) dan Nabi Muhammad, yang berlangsung selama sekitar 600 tahun.

Selama zaman kekosongan nabi, masyarakat umumnya mengalami kebingungan spiritual dan moral, serta penyebaran kepercayaan dan praktik yang menyimpang dari ajaran kenabian sebelumnya. Kedatangan nabi berikutnya, dalam hal ini Nabi Muhammad, dianggap sebagai titik balik penting yang membawa cahaya dan petunjuk kembali kepada umat manusia.

Ciri-ciri Masyarakat selama Zaman Kekosongan Nabi

Selama Zaman Kekosongan Nabi, masyarakat ditandai dengan beberapa ciri khas, antara lain:

1. Kehilangan Petunjuk

Masyarakat kehilangan arah dan petunjuk spiritual akibat tidak adanya nabi yang membimbing.

2. Penyebaran Kebid'ahan

Praktik-praktik penyimpangan dan kebid'ahan merebak tanpa adanya wahyu yang mengoreksi.

3. Peningkatan Kesesatan

Tingkat kesesatan dan kekufuran meningkat seiring berlalunya waktu tanpa pembaharuan ajaran agama.

4. Ketidakstabilan Moral

Norma dan nilai moral mengalami degradasi, menyebabkan peningkatan perilaku amoral dan tidak etis.

5. Kerinduan akan Kebenaran

Masyarakat merindukan kehadiran seorang nabi yang dapat membawa mereka kembali kepada kebenaran dan keadilan.

Peran Nabi Muhammad dalam Mengakhiri Zaman Kekosongan Nabi

Peran Nabi Muhammad dalam mengakhiri zaman kekosongan nabi merupakan titik balik penting dalam sejarah Islam. Sebagai Rasul terakhir, beliau membawa wahyu dan petunjuk ilahi, memulihkan keimanan dan tatanan moral yang telah lama hilang.

Dengan risalahnya, Nabi Muhammad menyatukan masyarakat yang terpecah, menghapus praktik penyembahan berhala, dan menegakkan prinsip tauhid. Kehadirannya menandai dimulainya era baru penuh cahaya dan petunjuk, memperbaharui hubungan antara manusia dan penciptanya, serta meletakkan dasar bagi peradaban Islam yang berkembang pesat dan berdampak luas pada dunia.

Dampak dan Keterkaitan

Pelajaran dari Ahlul Fatrah dan Zaman Kekosongan Nabi

Pelajaran dari Ahlul Fatrah dan Zaman Kekosongan Nabi mengajarkan pentingnya kesabaran, keimanan, dan keteguhan hati dalam menghadapi ketidakpastian. Mereka yang hidup tanpa petunjuk nabi harus bertahan dengan kebaikan dan keadilan alami. Kisah ini mengingatkan umat Islam untuk bersyukur atas keberadaan wahyu dan petunjuk, serta mendorong untuk berusaha menyebarkan ajaran Islam dengan bijaksana dan penuh kasih sayang. Hal ini juga menekankan pentingnya toleransi dan empati terhadap mereka yang belum mengenal Islam, serta menghargai keragaman pengalaman spiritual umat manusia.

Konsep Ahlul Fatrah dan Zaman Kekosongan Nabi relevan dalam konteks modern sebagai refleksi atas inklusivitas dan keadilan dalam Islam. Dalam era globalisasi dan pluralisme, konsep ini mengingatkan bahwa akses terhadap pengetahuan kebenaran bersifat relatif dan bergantung pada konteks sosial-budaya individu.

Dengan memahami prinsip ini, masyarakat dapat mengembangkan empati dan toleransi terhadap keberagaman keyakinan. Hal ini mendorong dialog antaragama yang konstruktif dan menghormati perbedaan, sekaligus menekankan pentingnya menyebarkan ajaran Islam secara bijaksana dan inklusif.

3 Macam ahlul Fatrah

- Kelompok Jelas Kemusyrikannya dan bertahan dalam keyakinannya. 

Sebagai gambarannya ialah Amr bin Luhayyi yang memperkenalkan dan menyebarkan penyembahan berhala di Jazirah Arab. 

- Kelompok yang Menyatakan Aqidah Tauhid dan Mengikuti Nabi Ibrahim. 

- Kelompok Tidak Menyekutukan Allah SWT dan Tidak Juga Bertauhid. 

Pada kelompok inilah ayah Rasullullah yaitu Abdullah di kelompokkan. Karna sebelum lahirnya Agama Islam beliau tidak pernah menyembah ke hal hal yang bisa di katakan musyrik sebelum putra nya lahir di dalam muka bumi ini

Kelompok ini di kemukakan oleh seorang ulama besar Menurut Syekh Mushtafa.

Mazhab Syafi'i, al- Asy'ari, dan sejumlah ulama Mazhab Hanbali berpendapat jika kedua orang tua Rasulullah selamat dari neraka karena keduanya adalah Ahlul Fatrah. Mereka mendasarkan diri pada dalil QS Al Isra ayat 15. 

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا "

Akan tetapi, Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang Rasul." Dalam ayat lainnya, Allah SWT berfirman: 

لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ “

Agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan karena itu mereka lalai." (QS Yasin ayat 6). 

Rasulullah Tetap Meminta Keselamatan Kepada Kedua Orangtuanya

Mengutip hadits yang diriwayatkan al-Hakim dan disahihkan Abdullah bin Mas'ud. Ia berkata, seorang pemuda dari kaum Anshar di mana tiada seorang pun yang paling banyak bertanya kepada Rasulullah SAW dibandingkannya.

Ia berkata, 'wahai Rasulullah apakah engkau mengetahui bahwa kedua orang tuamu di neraka? Beliau menjawab, 'Apa yang kumintakan kepada Tuhanku untuk keduanya, maka Dia mengabulkannya. Sung guh aku akan berdiri pada Hari Kiamat di tempat yang terpuji.”  

Hadits ini mengindikasikan jika Rasulullah SAW memohon kebaikan bagi keduanya ketika beliau menempati tempat yang terpuji. Yakni dengan memberi syafaat kepada kaduanya, lalu keduanya cenderung untuk taat ketika diuji, sebagaimana Ahlul Fithrah diuji. Tidak diragukan lagi, ketika Nabi SAW menempati al-maqam al-mahmud (tempat terpuji), maka dikatakan kepada beliau. "Mohonlah, niscaya diberi. Dan berilah syafaat, maka engkau dapat memberi syafaat.

Kesimpulan

Dalam konteks modern, konsep Ahlul Fatrah dan Zaman Kekosongan Nabi memiliki relevansi yang signifikan. Ahlul Fatrah mengingatkan kita tentang pentingnya menghargai keberagaman pemahaman agama dan budaya, serta mengakui bahwa ada individu yang mungkin belum terpapar ajaran Islam. Ini mendorong umat Islam untuk bersikap inklusif dan berempati terhadap mereka yang berada di luar jangkauan risalah Islam.

Sementara itu, Zaman Kekosongan Nabi menekankan perlunya memelihara nilai-nilai moral dan spiritual selama masa ketidakpastian atau transisi. Dalam era globalisasi dan pluralisme, kedua konsep ini menawarkan panduan dalam berinteraksi dengan berbagai keyakinan dan tradisi, serta menjaga integritas spiritual di tengah tantangan zaman.

Ingin memperdalam pemahaman Anda tentang konsep Ahlul Fatrah dan Zaman Kekosongan Nabi dalam Islam? Kunjungi website kami di mediamu.com untuk artikel lengkap dan beragam konten edukatif lainnya. Temukan panduan dan inspirasi untuk memperkaya wawasan spiritual Anda bersama kami!

Comment

Your email address will not be published

There are no comments here yet
Be the first to comment here