Apa Yang Dimaksud Dengan Hadis Mutawatir
Pengertian Hadis Mutawatir
MEDIAMU.COM Apa Yang Dimaksud Dengan Hadis Mutawatir, Hadis Mutawatir (حديث متواتر) merupakan salah satu jenis hadis yang memiliki keunikan tersendiri dalam studi hadis. Secara etimologi, kata "mutawatir" berasal dari kata Arab "tawatur" yang berarti beruntun atau berkesinambungan. Dalam konteks hadis, mutawatir merujuk pada hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi di setiap tingkatannya (sanad), dimulai dari Nabi Muhammad SAW hingga sampai kepada para ulama. Kuantitas perawi yang banyak ini membuat mustahil terjadinya kesepakatan untuk berbohong atau melakukan kesalahan secara kolektif.
Karakteristik utama hadis mutawatir adalah jumlah perawinya yang sangat banyak di setiap lapisan generasi sehingga menciptakan keyakinan yang kuat akan kebenarannya. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa sangat tidak mungkin sejumlah besar orang dari berbagai latar belakang dan lokasi yang berbeda-beda bisa bersepakat untuk membuat kebohongan yang sama.
Hadis mutawatir tidak hanya memberikan informasi atau ajaran, tetapi juga menimbulkan kepastian (yaqin) bagi yang mendengarnya. Hal ini karena transmisi hadis tersebut berlangsung secara massal dan luas, meminimalisir kemungkinan adanya kesalahan atau penyimpangan dalam penyampaiannya. Oleh karena itu, hadis mutawatir dianggap sebagai sumber yang paling otentik dan dapat diandalkan dalam menentukan ajaran Islam yang benar.
Mutawatir Artinya
Jumlah Perawi dalam Hadis Mutawatir
Para ulama tidak memiliki kesepakatan yang pasti mengenai jumlah minimal perawi yang diperlukan untuk mengkategorikan sebuah hadis sebagai mutawatir (متواتر). Yang penting adalah jumlah perawi harus sangat banyak dan mereka berasal dari berbagai latar belakang dan lokasi yang berbeda-beda, sehingga hampir mustahil bagi mereka untuk bersepakat melakukan kebohongan atau kesalahan secara bersamaan.
Kriteria ini berdasar prinsip hati-hati menentukan kebenaran hadis, menghindari pengaruh informasi tidak valid atau palsu. Hadis mutawatir dianggap memiliki kekuatan dan keabsahan yang tinggi karena melibatkan banyak perawi yang secara independen meriwayatkan hadis yang sama, tanpa ada indikasi bahwa mereka telah bersepakat untuk berbohong atau menyampaikan informasi yang salah.
Konsep ini mencerminkan pentingnya verifikasi dan validasi dalam penyebaran ilmu, terutama dalam konteks keilmuan hadis. Oleh karena itu, hadis mutawatir dihargai sebagai salah satu sumber terpenting dalam menentukan ajaran-ajaran Islam yang autentik dan dapat diandalkan.
Kriteria Hadis Mutawatir
hadis tersebut harus diriwayatkan oleh banyak perawi yang terkenal adil dan dhabit (kuat ingatan dan tidak mudah salah); kedua, isi hadis harus jelas dan tidak bertentangan dengan akal atau Al-Qur'an.
Dalam Al-Qur'an, pentingnya menyampaikan informasi yang benar dan dapat dipercaya ditegaskan, misalnya dalam Surah Al-Hujurat ayat 6 (49:6):
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."
Ayat ini mengajarkan tentang pentingnya verifikasi dan kehati-hatian dalam menerima informasi, yang sejalan dengan prinsip hadis mutawatir. Hadis mutawatir, diriwayatkan banyak perawi kredibel dengan isi konsisten, tidak bertentangan akal atau Al-Qur'an, sumber terpercaya Islam.
Contoh Hadis Mutawatir
Salah satu contoh terkenal dari hadis mutawatir adalah hadis tentang Isra' dan Mi'raj Nabi Muhammad SAW (الإسراء والمعراج). Peristiwa ini dijelaskan dalam Al-Qur'an, Surah Al-Isra' ayat 1 (17:1):
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya: "Maha Suci Allah yang memperjalankan hamba-Nya malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang diberkahi, menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya."Sesungguhnya Dia, Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
1. Hadits tentang Isra dan Mi'raj Nabi Muhammad SAW
"Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami"
(سبحان الذي أسرى بعبده ليلا من المسجد الحرام إلى المسجد الأقصى الذي باركنا حوله لنريه من آياتنا).
Hadits ini diterima secara luas dalam tradisi Islam dan mendukung peristiwa Isra Mi'raj yang disebutkan dalam Al-Qur'an.
2. Hadits tentang Lima Rukun Islam
Hadits yang menjelaskan tentang lima rukun Islam: Shahadat, Shalat, Zakat, Puasa Ramadan, dan Haji
(الشهادة والصلاة وإيتاء الزكاة وصوم رمضان والحج).
Hadits ini sangat terkenal dan menjadi dasar bagi praktik dasar umat Islam, diriwayatkan secara mutawatir dan diterima tanpa keraguan.
3.Hadits tentang Perlindungan Orang yang Tidak Beriman pada Hari Kiamat
"Tidak ada orang yang mendengar tentangku, dari umat ini atau dari umat lain, kemudian tidak beriman kepadaku, kecuali ia akan menjadi penghuni neraka"
(لا يسمع بي أحد من هذه الأمة ولا من غيرها ثم يموت ولم يؤمن بالذي أرسلت به إلا كان من أصحاب النار).
Hadits ini menjadi dasar bagi keyakinan tentang pentingnya iman kepada Nabi Muhammad SAW.
Ketiga contoh di atas adalah Hadits Mutawatir yang memiliki kekuatan penuh dalam tradisi keagamaan Islam, berbeda dengan pengertian Hadits Ahad yang memiliki jumlah perawi lebih terbatas di setiap tingkatannya.
Pentingnya Hadis Mutawatir
Hadis mutawatir memegang peranan penting dalam studi Islam karena memberikan keyakinan yang kuat atas kebenarannya. Hal ini sejalan dengan ajaran dalam Al-Qur'an tentang pentingnya mengikuti kebenaran yang telah jelas. Sebagai contoh, dalam Surah Az-Zumar ayat 18 (39:18):
الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ ۚ أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ ۖ وَأُولَـٰئِكَ هُمْ أُولُوا الْأَلْبَابِ
Artinya: "Orang-orang yang mendengarkan perkataan, lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang Allah beri petunjuk, dan mereka itulah orang-orang yang berakal."
Ayat ini menegaskan pentingnya mengikuti ajaran yang jelas dan terbukti kebenarannya, mirip dengan prinsip hadis mutawatir. Karena kepastian dan kebenarannya, hadis mutawatir menjadi dasar yang kuat dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam yang fundamental dan penting.
Bagaimana Yang Dimaksud Menjadi Muslim yang Mutawatir
Menjadi Muslim yang mutawatir berarti menjadi seorang Muslim yang konsisten dan terus-menerus dalam menjalankan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan. Berikut adalah beberapa poin yang menjelaskan bagaimana menjadi Muslim yang mutawatir:
Konsistensi dalam Ibadah Seorang Muslim yang mutawatir harus konsisten dalam melaksanakan ibadah wajib seperti shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadan, dan lainnya. Ia juga harus berusaha untuk meningkatkan kualitas ibadahnya. Pembelajaran yang Berkelanjutan Mempelajari dan memahami ajaran Islam secara mendalam dan terus-menerus, baik melalui Al-Qur'an, Hadits, maupun sumber ilmu lainnya. Amalan Sunnah Tidak hanya melaksanakan ibadah wajib, tetapi juga mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari.
Akhlaq yang Baik Menjaga akhlak dan perilaku yang baik sesuai dengan tuntunan Islam, seperti jujur, sabar, rendah hati, dan menghindari perbuatan tercela. Dakwah dan Menyebarkan Kebaikan Berusaha menyebarkan ajaran Islam dan kebaikan kepada orang lain, baik melalui kata-kata maupun perbuatan. Menjaga Hubungan Sosial Memelihara hubungan yang baik dengan sesama manusia, termasuk keluarga, tetangga, dan masyarakat luas.
Penerapan Syariat Islam dalam Kehidupan Berusaha menerapkan hukum-hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam urusan pribadi maupun sosial. Refleksi dan Introspeksi Diri Secara rutin melakukan muhasabah atau introspeksi diri untuk mengevaluasi amalan dan perilaku, serta berusaha untuk terus memperbaiki diri. Kejujuran dan Keberanian dalam Kebenaran Berani untuk berdiri di atas kebenaran dan keadilan, meskipun harus menghadapi kesulitan atau tantangan.
Ketawakalan dan Kepasrahan kepada Allah Selalu bersandar dan bertawakal kepada Allah dalam segala urusan, serta menerima segala ketentuan-Nya dengan ikhlas.
Menjadi Muslim yang mutawatir membutuhkan komitmen dan usaha yang berkelanjutan untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Ingin mengetahui lebih dalam tentang apa yang dimaksud dengan hadis mutawatir dan pentingnya dalam Islam? Kunjungi mediamu.com sekarang untuk artikel lengkap dan mendalam yang menjelaskan setiap aspek dari Hadis Mutawatir.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow