Tawasul dalam Pandangan Muhammadiyah
- Memaknai Arti Tawasul
- Tujuan dari Ber-tawasul
- Pandangan Muhammadiyah Tentang Tawasul
- Pandangan Nahdlatul Ulama Tentang Tawasul
- Penjelasan Mengenai Perbedaan Pendapat
- Dalil Tentang Tawasul
- Menggunakan Asma'ul Husna
- Melalui Amal Shalih
- Meminta Doa dari Orang Shalih
- Dengan Nama Allah yang Agung
- Doa Rasulullah SAW
- Kesimpulan
MEDIAMU.COM - Tawasul dalam Pandangan Muhammadiyah
Memaknai Arti Tawasul
Dalam Islam, tawasul merupakan metode berdoa di mana seseorang meminta kepada Allah SWT dengan memanfaatkan sebuah perantara atau wasilah, seperti menyebut nama Allah yang mulia, mengandalkan amal baik yang telah dilakukan, atau meminta orang yang saleh untuk berdoa bagi mereka.
Tujuan dari Ber-tawasul
Hal ini bertujuan untuk menguatkan doa serta meningkatkan peluang diterimanya permohonan. Tawasul didasarkan pada gagasan bahwa perantara yang digunakan memiliki posisi istimewa di hadapan Allah, yang diyakini dapat membantu dalam mempercepat penerimaan doa tersebut. Pendekatan dalam praktik tawasul ini beragam di kalangan umat Islam, dengan beberapa kelompok menganggapnya sesuai, sementara yang lain lebih memilih untuk berkomunikasi langsung dengan Allah tanpa perantara.
Pandangan Muhammadiyah Tentang Tawasul
Dalam pandangan Muhammadiyah, tawasul atau praktek memohon dengan perantara tertentu kepada Allah SWT, memiliki pemahaman yang berbeda dibandingkan dengan Nahdlatul Ulama (NU). Secara umum, tawasul adalah meminta kepada Allah SWT melalui perantara atau wasilah agar doa dan hajat seseorang dapat terkabul. Muhammadiyah cenderung memiliki pandangan bahwa dalam berdoa, seseorang tidak memerlukan perantara atau wasilah dan hendaknya berdoa langsung kepada Allah SWT. Oleh karena itu, Muhammadiyah kurang berkenan dengan penggunaan wasilah, terutama jika meminta kepada orang yang sudah meninggal.
Pandangan Nahdlatul Ulama Tentang Tawasul
Sementara itu, NU memiliki tradisi yang lebih luas dalam mengamalkan tawasul, baik kepada orang shalih yang masih hidup maupun kepada orang shalih yang sudah meninggal. Perbedaan pandangan ini lebih pada pemahaman landasan dalil, di mana Muhammadiyah lebih mengutamakan berdoa langsung tanpa perantara, sedangkan NU melihat tawasul sebagai bagian penting dalam doa.
Penjelasan Mengenai Perbedaan Pendapat
Kedua pandangan ini merupakan perbedaan interpretasi dalam Islam, dan keduanya memiliki landasan dalil yang dianggap kuat oleh masing-masing pihak. Hal ini menunjukkan bahwa dalam Islam, terdapat keberagaman pendapat dalam memahami praktik tawasul, yang semuanya pada akhirnya bertujuan untuk memohon kepada Allah SWT, bukan kepada selain-Nya.
Dalil Tentang Tawasul
Dalam Islam, terdapat berbagai metode tawasul yang diajarkan, termasuk:
Menggunakan Asma'ul Husna
Praktik ini melibatkan berdoa kepada Allah dengan menyebut nama-nama-Nya yang mulia, seperti "Ya Ghafuur Ya Rahiim" untuk memohon ampunan dan rahmat. Hal ini berdasarkan pada ayat dalam Surah Al A'raaf yang mengajarkan untuk berdoa dengan menggunakan nama-nama indah Allah.
Melalui Amal Shalih
Tawasul dapat dilakukan dengan mengandalkan amal shalih yang telah dilakukan. Kisah tiga orang yang terjebak dalam gua merupakan contoh, di mana mereka menggunakan amal shalih mereka sebagai wasilah dalam berdoa.
Meminta Doa dari Orang Shalih
Tawasul juga dapat dilakukan dengan meminta doa dari orang yang shalih dan masih hidup. Sebagai contoh, Umar bin al-Khaththab meminta hujan dengan bertawassul melalui 'Abbas bin 'Abdil Muthalib, yang kemudian dikabulkan oleh Allah.
Dengan Nama Allah yang Agung
Rasulullah SAW pernah berdoa dengan nama Allah yang agung, yang jika digunakan dalam doa akan menjamin dikabulkannya permintaan tersebut.
Doa Rasulullah SAW
Rasulullah SAW juga memberikan contoh tawasul melalui doa yang ia panjatkan, meminta pertolongan Allah dengan merujuk pada sifat-Nya sebagai Rabb yang Mahahidup dan Mahaberdiri sendiri.
Dalil-dalil ini menggambarkan berbagai bentuk tawasul yang telah diajarkan dalam Islam, seperti melalui nama Allah, amal shalih sendiri, atau doa dari orang shalih yang masih hidup.
Kesimpulan
Menurut Muhammadiyah, tawasul dalam berdoa sebaiknya dilakukan secara langsung kepada Allah SWT tanpa melibatkan perantara, baik itu orang hidup maupun yang telah meninggal, menekankan pentingnya hubungan langsung dan pribadi antara seorang Muslim dengan Allah dalam doa. Pendekatan ini merefleksikan pandangan Muhammadiyah tentang kesederhanaan dan keaslian dalam praktik ibadah.
Demikianlah artikel tentang Tawasul dalam Pandangan Muhammadiyah. semoga bisa menjadikan ilmu pengetahuan dan wawasan baru untuk kita semua sebagai pembaca. Simak artikel lainnya di mediamu.com
Editor : Muhammad Fajrul Falaq
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow