Mau Tahu 5 Karakter Islam dalam Muhammadiyah? Simak Penjelasan Ketua PWM DIY

Mau Tahu 5 Karakter Islam dalam Muhammadiyah? Simak Penjelasan Ketua PWM DIY

Smallest Font
Largest Font

YOGYA – Ketua PWM DIY Dr. H. M. Ikhwan Ahada, M.A menjelaskan makna agama berdasarkan Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah. Agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW adalah yang diturunkan Allah di dalam Al Qur’an dan tersebut dalam sunnah yang shahih. Berupa perintah dan larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat.

Hal ini disampaikan dalam Pengajian Songsong Musyawarah Cabang (Musycab), Muhammadiyah dan ‘AIsyiyah Ngampilan, Yogyakarta, Jum’at (24 Muharram 1445 H bertepatan 11 Agustus 2023) di Masjid At Taqwa Suronatan, Ngampilan.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Ajaran Islam menekankan umatnya untuk menggali dan mempelajari Al Qur’an supaya paham, dengan menggunakan akal dan penghayatan sehingga bisa menguasai ilmu pengetahuan. Dalam beragama pun harus benar sesuai ajaran dan tepat dalam pelaksanaan atau situasinya.

Ikhwan memaparkan 5 ciri atau karakter Islam yang dipahami, diperjuangkan, dan dipertahankan Muhammadiyah. Pertama, al-mabni’ ‘ala al-Tauhid atau berlandaskan tauhid. Kalimat tauhid dan dua kalimat syahadat yang diucapkan seluruh umat Islam, tak terkecuali warga Muhammadiyah, sebagai tanda menjadi muslim. Bahkan di lambang Muhammadiyah terdapat kalimat syahadat yang melingkar di dalamnya.

“Agama yang kita perjuangkan tidak ada lain kecuali yang dibangun di atas dua kalimat thoyyibah. Kalimat inilah yang menjadikan umat Islam tidak kekal di dalam neraka, dengan keyakinan bahwa tugas persyarikatan adalah mengantarkan anggotanya ke pintu surga Jannatun Na’im, selama keputusan organisasi dipahami, ditaati, dan diamalkan,” kata Ikhwan.

Kedua, al-ruju’ ila al-Qur’an wa al-Sunnah atau bersumber kepada Al Qur’an dan Sunnah. Keduanya adalah sumber dari segala sumber dan Muhammadiyah menjaga kemurniannya. Ciri ini diwujudkan dalam hal beribadah khusus, seperti sholat, zakat, puasa, Muhammadiyah sami’na wa atho’na ikut caranya Nabi SAW. Begitu juga dalam menjalankan ibadah umum, Muhammadiyah sama seriusnya dengan ibadah khusus.

Bagi Muhammadiyah, mendirikan rumah sakit, sekolah, dan amal usaha yang lain sama bobotnya dengan mendirikan masjid. Bahkan ada ketentuan persyarikatan, setiap sekolah di samping ada masjid, bangunan sekolahnya harus bagus, begitu juga rumah sakit dan lainnya. Ini menunjukkan bahwa rumah sakit dan sekolah penting dengan tidak mengabaikan tempat ibadah.

Karena kedua-duanya adalah cara dan sarana kita semua untuk beribadah kepada Allah SWT. Inilah yang tertulis dalam A Qur’an, karena tidak hanya menyuruh untuk sholat, zakat, dan puasa, tetapi juga memerintahkan untuk menjadi orang yang jujur, andhap asor (sopan dan rendah hati), tepa selira (merasakan), dan andum lumo (murah hati).

“Islam yang dibawa dan didakwahkan Muhammadiyah adalah Islam yang serius di muka bumi, tapi juga tetap bergembira,” imbuhnya.

Ketiga, ihya’ al-ijtihad wa al-tajdid atau menghidupkan ijtihad dan tajdid. Artinya, agama Islam yang dibawa Muhammadiyah adalah yang punya ciri sungguh-sungguh dan selalu mengadakan pembaharuan, sementara ciri dari Muhammadiyah adalah progresif, modern, dan berkemajuan.

Bagi Muhammadiyah, ijtihad berarti komitmen kalau sudah bilang “iya” dan tidak bertele – tele. Sedangkan tajdid, selain bermakna pemurnian, mendinamisasi, dan memodernkan Al Qur’an dan Sunnah, cara berpikirnya juga harus modern. Artinya, spirit dan semangat Nabi SAW diambil dan dimaknai dengan bentuk-bentuk yang bisa menjawab tantangan zaman. Hasil dari ijtihad dan tajdid itu diwujudkan dengan berdirinya banyak Amal Usaha Muhammadiyah di berbagai sektor.

Keempat, tanmiyat al-wasathiyyah atau mengembangkan wasathiyah. Agama yang diperjuangkan Muhammadiyah adalah agama “tengahan”, tidak boleh berlebihan tetapi tidak boleh pelit. Dalam beragama juga tidak boleh melupakan dunia dan harus seimbang dengan akhirat, begitu juga saat bermuhammadiyah

Ikhwan mengambil rumus bermuhammadiyah dari KH. A.R. Fachruddin adalah disambi mawon. Artinya, mengurusi Muhammadiyah atau ‘Aisyiyah sebaiknya disambi dengan pekerjaan atau aktivitas lainnya. Semisal, jika menerima gaji perlu disambi untuk kepentingan Muhammadiyah, begitu juga dengan ibu-ibu yang uang belanjanya mesti disambi dengan keperluan ‘Aisyiyah.

Kelima, tahqiq al-rahmah lil ‘alamin atau menghadirkan rahmat bagi alam semesta. Muhammadiyah punya keyakinan, Islam yang hadir adalah yang menjadi rahmatan lil ‘alamin, memberikan kasih sayang kepada semua yang ada di alam semesta ini. Sebagai contoh, di perguruan tinggi Muhammadiyah juga menerima mahasiswa non-muslim. Bahkan di Papua, lebih dari 60 persen mahasiswanya adalah non-muslim, tetapi pada hari bermuhammadiyah, mereka dengan bangganya menyanyikan “Sang Surya”.

Tak hanya itu, saat ada pasien non-muslim yang melahirkan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, ia merasakan kenyamanan dan dilayani dengan baik. Ketika belum bisa membayar, pihak PKU memberikan waktu pelunasan dan saat dia tidak mampu membayar, Lazismu datang membantu pelunasan biayanya.

Kasih sayang Muhammadiyah juga sampai ke luar negeri. Ketika Turki mengalami gempa dahsyat, Muhammadiyah jadi satu-satunya organisasi yang oleh PBB dibawa ke Turki dengan membawa rumah sakit lapangan bernilai milyaran beserta dokter, perawat, dan tenaga ahli di lapangan. Begitu tugas selesai, rumah sakit itu diberikan ke pemerintah Turki untuk dimanfaatkan.

“Jadi, mari semuanya dalam beragama melalui manhaj tarjih Muhammadiyah, harus diantepi atau dipegang teguh,” tandas Ikhwan. (*)

Wartawan: Dzikril Firmansyah

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait

Paling Banyak Dilihat