Pertanyaan-pertanyaan pada Hari Kiamat
Oleh: Ilham Lukmanul Hakim*
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ: أَخْبَرَنَا الأَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ الأَعْمَشِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الأَسْلَمِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ القِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ» هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ، وَسَعِيدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جُرَيْجٍ هُوَ بَصْرِيٌّ، وَهُوَ مَوْلَى أَبِي بَرْزَةَ، وَأَبُو بَرْزَةَ اسْمُهُ: نضْلَةُ بْنُ عُبَيْد
Dari Abu Barzah al Aslamiy berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai ditanya tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang ilmunya untuk apa ia amalkan, tentang hartanya dari mana dia peroleh dan kema dia infakkan dan tentang tubuhnya untuk apa dia gunakan” Dia berkata hadis ini hasan shahih. (HR Tirmidzi : 2417)
Berikut adalah hadis yang menurut Imam Al Bani dinilai sebagai hadis yang shahih. Hadis yang menyampaikan berita amat penting tentang suatu peristiwa yang akan dialami oleh setiap hamba Allah di akhirat. Lima pertanyaan yang akan disuguhkan bahkan sebelum kedua telapak kaki bergeser di hari kiamat, yang menjadi bagian paling penting selama menjalani kehidupan di dunia.
Pertama, adalah tentang umurnya untuk apa ia habiskan? Umur yang dimaksud adalah waktu semasa hidup di dunia sampai ia meninggal. Keseluruhannya itu untuk apa ia gunakan. Terlebih pada umur seorang itu saat sedang dalam keadaan terbaik, yakni pada masa mudanya. Sebab pada masa itulah seorang paling mampu untuk melakukan banyak hal. Masa dimana fisik nyaris mampu melakukan segalanya. Mampu melakukan ibadah apapun tanpa memiliki kelemahan yang berarti.
Seorang muda dapat mengangkat berpuluh kilo beban di pundaknya, dimana sebagian sepuh justru kesulitan hanya untuk meluruskan punggungnya meski ia tetap pergi ke kebun untuk mencari nafkah, atau tetap memasak untuk keluarganya. Ia mampu belasan jam bekerja dalam sehari tanpa berhenti, atau bahkan tak tidur teratur selama beberapa hari karena sedang semangat-semangatnya bekerja disaat sebagian orang di masa tua terpaksa tertunda sebagian pekerjaannya sebab sakit yang ada pada lututnya.
Jika engkau tidur delapan jam dalam sehari, itu berarti satu pertiga dari 24 jam, 20 tahun dari 60 tahun masa hidup. Untuk apakah masa muda digunakan?
Kedua, Tentang ilmunya untuk apa ia gunakan? Ilmu adalah permulaan dari setiap amal. Ibadah yang tidak didasarkan pada ilmu bagai gerakan teratur tanpa tahu maksud tujuan, taklid, hanya ikut-ikutan saja. Bilamana lingkungan berubah, maka berubah pulalah perilaku ibadahnya. Demiakanlah sebab ditemuinya para pemuda yang begitu alim saat di kampung halaman, namun seketika berubah kebiasaannya itu ketika merantau lalu ke kota. Dimana ia tinggal di tampat yang jauh dari masjid dan riuhnya bacaan al-Qur’an setiap bakda maghrib.
Untuk apakah ilmu itu ia gunakan, apakah untuk ketaatan ataukan untuk kemaksiatan. Ilmu dapat menyelamatkan pemiliknya dari kemaksiatan dan membawanya pada ketaatan, namun juga dapat membawa ia pada kemaksiatan dan semakin jauh dari ketaatan. Banyak sekali keutamaan orang berilmu, hal-hal yang hanya dapat dilakukan oleh orang berilmu dibanding dengan orang awam. Demikianlah Allah mengangkat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat.
Kiranya lingkungan paling bersih yang dapat kita temui sekarang adalah sekolah-sekolah setingkat Taman Kanan-kanan dan PAUD. Disana nyaris tidak ditemukan sampah yang berserakan. Semuanya bersih, semuanya rapih. Bila saja membuang sampah sembarangan dihadapan seorang murid, ia akan menegurmu dan berkata “ kata bu Guru kalau buang sampah nanti bisa banjir ! “. Betapa indahnya negeri ini bila setiap orang mengamalkan ilmu Bustanul Athfal.
Ketiga, tentang hartanya dari mana ia peroleh, dengan cara apa ia dapatkan, apakah dengan cara yang halal atau dengan cara yang haram? Halal dan haram mesti menjadi panduan utama saat mencari rezeki, kepedulian untuk mendapat rezeki yang halal jangan sampai di hilangkan. Setiap rezeki yang didapat dengan halal pastilah berkah, namun setiap rezeki yang didapat dengan haram pastilah membawa kecelakaan.
Uang hasil berdagang dengan jujur dan adil pastilah membawa kebahagiaan sebab didapat dengan segenap perjuangan dan kerja keras, rezekipun terasa nikmat, kondisi jiwa pun sehat. Uang hasil berjudi mungkin saja bisa dapat banyak jika beruntung, namun mudah pula uang itu lenyap bukan untuk maksud yang tepat. Kondisi jiwa pun akan semakin rusak, sebab ia selalu mencari jalan pintas tak hirau bila itu jalan sesat, untuk mendapat hasil yang banyak dengan tanpa usaha yang maksimal.
Keempat, Kemana pula hartanya itu ia infakkan, ia gunakan? apakah untuk ketaatan, atau untuk kemaksiatan. Simpanlah harta itu di telapak tangan, jangan di dalam hati. Sebab bila harta itu diambil biarlah tangan yang terluka, bukannya hati. Orang sanggup berteriak mengorbankan jiwa raganya untuk agama, namun sanggupkah ia juga mengorbankan hartanya? Apakah memang benar ia sanggup mengorbankan jiwa raga bila telah datang pada saat jiwa dan raganya itu betul-betul dibutuhkan, atau apakah ia hanya mengatakan itu sebab tahu betul ia tak akan diminta jiwa raganya dalam waktu dekat?
Perkara paling nyata hari ini adalah kemiskinan. Karena kemiskinan itulah orang menjadi kelaparan, karena kemiskinan itu pula orang tak sanggup mendapat pendidikan dasar. Bantulah, berkorbanlah, berikanlah harta dari yang engkau cintai itu, bukan dari yang engkau tidak senangi. Para peneliti ahli jiwa telah banyak menyampaikan, memberi kebahagiaan pada orang lain adalah kebahagiaan yang sesungguhnya.
Apakah memberi nafkah pada keluarga termasuk juga kedalam infak? ya tentu saja, itulah sebabnya Rasulullah melarang memberi wasiat lebih dari sepertiga harta yang ditinggalkan, agar keluarga sepeninggalnya berada dalam keadaan sejahtera.
Terakhir, tentang tubuhnya untuk apa ia gunakan, tentang tubuhnya untuk apa sampai ia menjadi usang ? Setiap anggota bagian tubuh akan menjadi saksi, setiap indra akan menjadi bukti, baik yang nyaring terucap melalui lisan atau yang tersembunyi di dalam hati. Mulutpun dikunci, tiada ada dusta yang dapat terucap lagi di pengadilan akhirat nanti.
Imam Ahmad bin Hambal, satu dari empat imam madzhab, pengarang kitab hadis Musnad Ahmad bin Hanbal, digelari sebagai Amirul mu’minin fi al-hadis lahir dalam keadaan sempurna namun wafat dalam keadaan buta. Ia gunakan penglihatannya siang dan malam untuk membaca dan menulis. Miskin harta tak menjadikan sebab dirinya berputus asa, ia gunakan cahaya yang dibawa prajurit berpatroli lewat rumahnya untuk sekedar membaca dan menulis di malam hari.
Apakah tubuh sudah mulai terasa banyak sakit, apakah tubuh sudah mulai usang, janganlah khawatir ia tetap masih bisa dirawat dan diobati, dikurangi rasa sakitnya, tapi khawatirlah oleh apa sebab kenapa ia sakit dan usang. []
*Penulis adalah Guru ISMUBA SMP Muhammadiyah Cipanas
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow