Meraih Kebahagiaan Hati di Tengah Pandemi

Meraih Kebahagiaan Hati di Tengah Pandemi

Smallest Font
Largest Font

Oleh: Faris Naufal Ali *)

PADA masa pandemi Covid-19 ini masyarakat mengalami perubahan kehidupan pada bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Pandemi ini menimbulkan berbagai permasalahan kompleks dan cenderung berdampak negatif. Misalnya dalam bidang ekonomi, khususnya sektor pariwisata, perhotelan, dan transportasi, mengalami kerugian cukup besar, sehingga beberapa perusahaan melakukan PHK terhadap karyawannya. Begitu juga bidang pendidikan, para pembelajar juga dirugikan karena pembelajaran dilakukan secara terbatas.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Sebagian besar masyarakat merasakan dampak negatif tersebut, seperti kehilangan pekerjaan, pelaku dunia usaha mengalami kebangkrutan, dan pembelajaran di sekolah terganggu, sebagian masyarakat terkena Covid-19 dan menyebabkan kematian. Dari berbagai masalah tersebut masyarakat mengalami masalah luar biasa yang menyebabkan hati menjadi susah, sedih, takut, cemas, tidak bahagia, dan stress bahkan depresi.

Sumber perasaan tidak bahagia, sedih, susah adalah hati atau dalam Bahasa Arab disebut qolbun. Hati manusia ini sangat mudah berbolak-balik, karena sangat mudah dipengaruhi berbagai faktor. Saat hati kita baik, suasana kebatinan akan baik, namun saat hati buruk, maka suasana kebatianan pun akan buruk. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, “Ketahuilah, sesungguhnya di setiap jasad ada sekerat daging. Manakala sekerat daging tersebut baik, akan baik pula seluruh jasad. Namun, manakala sekerat daging tersebut rusak, akan berakibat rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah, sekerat daging tersebut adalah hati/qalbu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Setiap manusia pasti ingin mencari kebahagiaan, karena kebahagiaan adalah fitrah atau bawaan alami manusia, melekat dalam diri manusia. Setiap orang hidup pasti menginginkan kebahagiaan, baik orangtua, dewasa, bahkan anak kecil menginginkan kebahagiaan dalam hidup. Orang menginginkan kehidupan normal, seperti fasilitas hidup tempat tinggal yang nyaman, kebutuhan pangan dan sandang terpenuhi, teman bisa diajak bersosialisasi, berkumpul, dan bersenang-senang. Semuanya diinginkan agar memperoleh kebahagiaan.

Tulisan ini menjawab bagaimana menjadikan hati kita meraih kebahagian yang hakiki. Ketika masalah dan cobaan mendatangi kehidupan kita, hati kita siap menghadapi dengan sabar, syukur, dan ikhlas. Perlu kita ketahui tentang janji Allah bahwa di setiap masalah yang terjadi pasti ada kemudahan dan jalan keluar. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al-Insyirah ayat 5-6, “Sesunggunya bersama kesulitan pasti ada kemudahan.”

Kebahagian Perspektif Psikologi

Menurut Martin E.P. Seligman, seorang tokoh psikologi positif, kebahagian merupakan gambaran dari manusia yang dapat mengidentifikasi keutamaan dirinya dan dapat menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena sifatnya subjektif, maka kebahagiaan setiap manusia memiliki ukuran berbeda-beda. Secara umum, faktor yang mendatangkan kebahagiaan menurut Seligman dipengaruhi oleh kehidupan social di antaranya adalah uang, status pernikahan, kehidupan sosial, usia, kesehatan, pendidikan, iklim, ras, dan jenis kelamin, serta agama atau tingkat religiusitas seseorang, optimis, namun tetap realistis.

Menurut Seligman, aspek utama meraih kebahagiaan yaitu: menjalin hubungan positif dengan orang lain, keterlibatan penuh, menemukan makna dalam keseharian, dan menjadi pribadi yang gembira. Sedangkan menurut ahli psikologi sosial yakni Myers, karakteristik orang bahagia adalah orang yang selalu menghargai diri sendiri, orang yang memiliki sifat optimis, memiliki sifat terbuka, dan mampu mengendalikan diri. Karakter itu menunjukkan bahwa ciri-ciri orang bahagia dapat diketahui, sehingga mereka yang bersifat sebaliknya menunjukkan orang kurang mendapat kebahagiaan.

Namun kita ketahui bahwa kebahagian yang hanya memperturutkan kesenangan duniawi dan nafsu kemungkinan besar tidak akan menimbulkan ketenangan jiwa  dan kebahagian hati yang hakiki, karena kesenangan nafsu duniawi bersifat sementara dan akan hilang pada waktu tertentu. Sementara kebahagiaan hati yang hakiki akan menimbulkan ketenangan jiwa yang bersifat abadi. Salah satu cara meraih kebahagian hati yakni dengan faktor Ilahi atau melalui pendekatan dalan perspektif Islam.

Kebahagian Hati Perspektif Islam

Kebahagian dalam Islam menurut para ulama’ disebut dengan istilah al-Sa’ādah. Di antara yang menggunakan istilah tersebut adalah Imam al-Ghazāli. Beliau menjelaskan bahwa kebahagiaan (al-sa’ādah) adalah ketika seseorang mengenal dirinya (ma’rifah al-Nafs). Menurut Dr. Abdurrahman bin Mu’allā al-Lawaihiq, kebahagiaan dalam Islam merupakan ketenangan jiwa, hati khusyu’, kelapangan hati, yang dihasilkan dari istiqāmahnya ibadah zhahir dan batin yang didorong kekuatan iman.

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab Ighâtsatul Lahfân menjelaskan hati manusia itu bermacam-macam, yakni hati yang mati (qolbun mayyit), hati yang sakit (qolbun maridh), dan hati yang selamat serta bahagia (qolbun salim). Qalbun salîm adalah hati yang bersih dan selamat dari berbagai syahwat yang berseberangan dengan perintah dan larangan Allah. Bersih dan selamat dari berbagai syubhat yang menyelisihi berita-Nya. Bersih dalam rasa takut dan berharap kepada-Nya, dalam bertawakal kepada-Nya, dalam bertaubat kepada-Nya, dalam menghinakan diri di hadapan-Nya, dalam mengutamakan mencari ridha-Nya di segala keadaan serta dalam menjauhi kemurkaan-Nya dengan segala cara.

Untuk meraih predikat qalbun salîm dan mensucikan hati haruslah melaksanakan amal-amal shalih seperti ibadah, dzikir, tasbih, tahlil, dan sebagainya. Sesuai dengan cara yang ditentukan oleh nash Al-Qur’an dan Hadits. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al- Qur’an Surat Ar-Rad ayat 28: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.

Kemudian cara meraih kebahagian hati yang hakiki dan meraih solusi terbaik dari berbagai masalah pada musibah ini adalah dengan cara bertakwa kepada Allah SWT sebagaimana janji Allah dalam Al-Qur’an Surat At-Talaq ayat 2-3 : “….Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia akan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah niscaya Dia akan mencukupkan keperluannya….” Dalam ayat selanjutnya Allah SWT juga memberikan sebuah janji kemudahan dalam segala urusan kehidupan, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an Surat At-Talaq ayat 4 : “….Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam segala urusan.”

Hakikat kebahagian hati yang hakiki adalah bersyukur di saat menerima nikmat, bersabar di saat menerima musibah, dan ikhlas lapang dada dalam menerima takdir Ilahi. Untuk mencapai derajat tersebut dengan jalan bertakwa kepada Allah SWT.

Demikianlah solusi terbaik menurut Islam di saat berbagai musibah menghampiri kita. Sejatinya segala kekuatan, kebahagiaan, kelapangan, ketenangan, kesedihan, musibah, dan marabahaya itu datangnya atas kehendak Allah. Tugas manusia tidak lain hanyalah berikhtiar semaksimal mungkin dan bertawakal kepada Allah.

Semoga Allah SWT memberikan kekuatan iman sehingga kita bisa menjadi hamba yang bertaqwa kepada Allah dengan harapan meraih kebahagian hati yang hakiki di tengah wabah pandemi ini. (*)


*) Mahasiswa Pascasarjana Psikologi Pendidikan Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga

Sumber Referensi:

  • Al-Qur’anul Karim
  • Kitab Kimiyā’ al-Sa’ādah karya Abu Hāmid al-Ghazali
  • Kitab Ighâtsatul Lahfân karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah 
  • Authentic Happiness: Using The New Positive Psychology to Realize Your Potential for Lasting Fulfillment karya Seligman (Eva Yulia Nukman, Penerjemah). Bandung: PT. Mizan Pustaka

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait

Paling Banyak Dilihat