Mengenal Sekilas tentang Periwayatan Al-Qur’an

Mengenal Sekilas tentang Periwayatan Al-Qur’an

Smallest Font
Largest Font

Oleh: Diyan Faturahman*)

Segala puji bagi Allah yang telah berfirman bahwa sesungguhnya Alquran benar-benar diturunkan oleh Rabbil ‘ālamīn, dibawa turun oleh ar-Rūhul Amīn (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang Mundzirīn (pemberi peringatan), dengan bahasa Arab yang Mubīn (jelas). Untaian ayat QS. Asy-Syu’ara dari 192 – 195 tersebut memberi penegasan, salah satunya bahwa Alquran merupakan kitab suci yang diturunkan oleh Allah dengan bahasa Arab yang jelas.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Sekalipun manusia berbicara dalam satu bahasa, namun tetap mengalami perbedaan dialek yang mencolok dari satu tempat ke tempat lain. Semua itu menunjukkan KeMahakuasaan Allah SWT yang telah menjadikan umat manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal (QS. Al-Hujurat: 13). Indonesia bahkan menjadi negara superpower dalam bidang bahasa/ kebudayaan (https://www.liputan6.com/), tercatat sekitar 718 bahasa tersebar dari Sabang hingga Merauke. Jumlah tersebut belum termasuk dialek dan subdialeknya. Dalam bahasa Inggris, terdapat perbedaan sistem ejaan antara Amerika dan Iggris, sekalipun ejaan sama namun ada juga yang berbeda dalam hal intonasi.

Prof. Dr. MM. Al-A’zami menyebut bahwa mayoritas Muslim di Mekah memiliki latar belakang budaya yang beragam. Islam berkembang melewati batas kesukuan dan mencakup seluruh Jazirah Arab, berbagai aksen terjadi kontak satu sama lain. Pengajaran Alquran pada suku yang berbeda dirasa perlu bahkan mengharuskan mereka meninggalkan dialek asli secara keseluruhan, serta meninggalkan dialek Arab Quraisy di mana Alquran diwahyukan. Guna memfasilitasi masalah tersebut, Nabi mengajarkan Alquran dengan dialek mereka (Sejarah Teks Al-Qur’an: dari Wahyu sampai Kompilasi). Adapun di antara para sahabat Nabi yang terkenal menjadi jalur periwayatan Alquran antara lain ‘Abdullāh ibn Mas’ūd; ‘Utsman ibn Affān; ‘Ali ibn Abi Thālib; Zaid ibn Tsābit; Ubay ibn Ka’b.

Berkaitan dengan bacaan Alquran, kita mungkin pernah mendengar istilah Qirā’ah al-Sab’ah atau yang dipahami sebagai tujuh model cara membaca Alquran yang bisa diterima karena memiliki sanad periwayatan yang terpercaya atau lebih tepatnya mutawatir. Sehingga membaca dengan cara tertentu diperbolehkan, tentunya dibawah bimbingan guru yang tepat dan bukan asal ataupun semaunya sendiri.

Salah seorang ulama nusantara dari Kudus, yakni KH. Muhammad Arwānī Amīn (murid Syaikh Muhammad Munawwir bin Abdullah Rosyad/ Munawwir Krapyak) menyusun mushaf Al-Quddūs yang diberi nama Faidh Al-Barokāt fī Sab’i al-Qirā‘at. Dalam halaman awal, beliau mencantumkan ketujuh Ahli Qurả’ yang dimaksud tersebut di atas.Agar lebih jelas, perhatikan tabel berikut:

No.Ahli Qurả’Asal DaerahMuridMurid
1Nāfi’  (W. 169 H)MadinahWarasy  (W. 197 H)Qālūn  (W. 205 H)
2Ibnu Kaṡīr  (W. 120 H)MekahAl-Bazī  (W. 250 H)Qunbul  (W. 291 H)
3Abū Amrū  (W. 154 H)BasrahAl-Dūrī  (W. 246 H)Al-Sūsī  (W. 261 H)
4Ibnu ‘Āmr  (W. 118 H)SyamIbnu Żakwān  (W. 242 H)Hisyām  (W. 254 H)
5‘Āṣim (W. 127 H)KufahHafṣ  (W. 180 H)Syu’bah  (W. 193 H)
6Ḥamzah  (W. 154 H)KufahKhalād  (W. 220 H)Khalaf  (W. 229 H)
7‘Ālī Al-Kisā’ī  (W. 189 H)KufahAbū Al-Ḥāriṡ  (W. 240 H)Hafṣ Al-Dūrī  (W. 246 H)

Dua murid yang dimaksud barangkali murid yang paling masyhur karena keunggulan, keutamaan dan sebagainya. Tentu masing-masing Ahli Qurā’ memiliki amat banyak murid. Berdasarkan tabel di atas, para ahli qurā’ yang dimaksud adalah Nāfi’, Ibnu Kaṡīr, Abū Amrū, Ibnu ‘Āmr, ‘Āṣim, Ḥamzah, ‘Ālī Al-Kisā’ī. Adapun Nāfi’ dan Ibnu Kaṡīr biasa dikenal dengan Imam Haramain sebab mereka berasal dari Madinah dan Mekah, sedangkan ‘Āṣim, Ḥamzah dan ‘Ālī Al-Kisā’ī biasa dikenal Kūfiyyūn, sebab mereka semua berasal dari Kufah. Kemudian masing-masing mereka mengajarkan bacaan Alquran tersebut kepada para muridnya, sehingga sampai kepada kita sesuai riwayat yang diajarkan.

Dari ketujuh Ahli Qurā’ di atas, nama Imam Hafṣ maupun Imam ‘Āṣim adalah yang paling masyhur di telinga kita. Dari beliaulah kita membaca Alquran dengan cara baca yang umum kita dengarkan di manapun berada. Siapakah pemilik kedua nama tersebut? Berikut secara singkat kita coba sampaikan. Barangkali ada yang keliru, mohon untuk dikoreksi agar menjadi ilmu yang bermanfaat di antara kita.

Imam ‘Āșim merupakan seorang ‘alim dari kalangan tabi’in, nama lengkapnya Āșim Ibn Abī Al-Najūd Al-Kūfī. Beliau berasal dari wilayah Kufah atau yang kita kenal sekarang dengan Irak. Kuniyah beliau yaitu Abu Bakr, sehingga bisa juga disebut dengan Abu Bakr Āșim Ibn Abī Al-Najūd Al-Kūfī. Seorang tabi’in artinya hidup setelah masa sahabat, mereka tidak sezaman dengan Nabi Muhammad SAW. Namun mereka belajar dari para sahabat Nabi, mereka beriman dan mengamalkan ajaran Islam sampai akhir hayatnya.

Beliau adalah satu dari tujuh Ahli Qurā’ yang masyhur di kalangan umat Islam: Abū ‘Amr al-Bașrī, Ibn Kaśīr Al-Makkī, Nāfi’ Al-Madanī, Ibn ‘Āmir al-Syamī, Hamzah Al-Kūfī, Al-Kisā’ī Al-Kūfī, dan ‘Āșim Ibn Abī Al-Najūd Al-Kūfī itu sendiri, rahimahullāhu ajma’īn. Sekali lagi, merekalah para Qurā’ yang riwayatnya tersambung hingga Rasulullah SAW. Jika ada yang menyebut Qirā’ah al-‘Asyarah, maka tiga yang lain adalah Khalaf al-Baghdādī, Abū Ja’far Al-Madanī dan Ya’qūb al-Bașrī.

Dalam salah satu jurnal, disebutkan bahwa Imam ‘Āșim membaca Alquran dari Al-Sulamī (Abī ‘Abdirrahmān); Abū Maryam (Zirr ibn Hubaisy); dan Abū ‘Amr (Sa’d ibn Ilyās). Ketiganya membaca dari para sahabat Nabi seperti ‘Utsman ibn ‘Affān; ‘Alī ibn Abī Thālib, ‘Abdullāh ibn Mas’ūd; Zaid ibn Śābit; serta Ubay ibn Ka’b. Dari sini beliau mendapatkan riwayat qiraah yang komperehensif, yakni melalui lima sahabat Nabi SAW. Berbeda dengan para Qurā’ yang lain, di mana riwayat qiraah yang diterimanya kurang dari itu. Jika digambarkan dalam sebuah bagan, maka dapat dilihat susunannya sebagai berikut:

Dari ketiga jalur itulah Imam ‘Āșim belajar, yang juga diteruskan kepada para murid-muridnya. Dari sekian murid beliau, yang paling masyhur ada dua, yakni Syu’bah ibn ‘Iyāsy dan Hafș ibn Sulaimān. Keduanya melanjutkan pembelajaran kepada muridnya juga sehingga sampai kepada kita sekarang ini, sehinga banyak yang menyebut bahwa qiroat yang berasal dari jalur Hafș ibn Sulaimān dari ‘Āșim Al-Kūfī merupakan riwayat yang paling banyak digunakan di kalangan umat Islam, khususnya Indonesia.

Menurut Ust. Jayadi Amir (pengasuh Ponpes Tahfidz Alquran Imam Ashim), di antara alasan mengapa riwayat tersebut sangat masyhur, antara lain bahwa Hafș ibn Sulaimān mengajarkan kembali riwayat Imam Āșim di dua kota yang menjadi titik tersebarnya riwayat tersebut ke seluruh penjuru dunia, yakni Mekkah dan Bagdad. Selain itu, mushaf yang banyak beredar juga mushaf yang ditulis dengan standar riwayat dari jalur tersebut. Dengan demikian, riwayat tersebut terus berkembang hingga sekarang ini, diajarkan oleh para guru mengaji di kampung-kampung, dari generasi ke generasi.


*)Kepala Asrama Pesantren Mahasiswa KHA. Dahlan (PERSADA); Mahasiswa MPAI UAD

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait

Paling Banyak Dilihat