Mengenal Apa itu Ta'wil

Mengenal Apa itu Ta'wil

Smallest Font
Largest Font

MEDIAMU.COM - Kata ta’wīl berasal dari kata al-awl, yang berarti kembali (ar-rujǔ’) atau dari kata alma’ǎl yang artinya tempat kembali (al-mashīr) dan al-aqībah yang berarti kesudahan. 

Apa Itu Tawil Menurut Segi Bahasa

Dalam bahasa Arab, kata "ta'wil" (تأويل) berasal dari akar kata 'a-w-l (أَوَلَ) yang memiliki makna dasar "kembali" atau "menuju asal". Dalam konteks linguistik, "ta'wil" dapat diartikan sebagai "penafsiran" atau "penjelasan mendalam" tentang sesuatu untuk mengungkap makna yang tersembunyi atau mendalam di balik perkataan atau teks. Ta'wil sering digunakan dalam konteks penafsiran teks-teks agama, khususnya Al-Qur'an, di mana para mufassir (ahli tafsir) berusaha untuk mengungkap makna yang lebih dalam dari ayat-ayat suci tersebut.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Secara lebih luas, ta'wil dapat merujuk pada proses pemahaman atau interpretasi yang mendalam terhadap suatu teks, simbol, atau peristiwa, dengan tujuan untuk mengungkap makna yang lebih esensial atau hakiki. Dalam konteks ini, ta'wil tidak sekadar berarti penerjemahan atau penjelasan literal, tetapi lebih kepada upaya memahami makna yang lebih mendalam dan simbolis yang mungkin tidak langsung tampak pada pandangan pertama.

Ada yang menduga bahwa kata ini berasal dari kata al-iyǎlah yang berarti mengatur (al-siyasah). Secara istilah, ta’wil berarti memalingkan suatu lafal dari makna zahir kepada makna yang tidak zahir yang juga dikandung oleh lafal tersebut, jika kemungkinan makna itu sesuai dengan al-kitab dan sunnah.

Apa Itu Tawil

Adapun menurut istilah pengertian ini di ungkapkan pula oleh beberapa tokoh yaitu

- Al-Jurjani: ialah memalingkan lafad dari makna yang dhahir kepada makna yang muhtamil, apabila makna yang mu’yamil tidak berlawanan dengan al-quran dan as-sunnah.

- Imam Al-Ghazali dalam Kitab Al-Mutashfa : “Sesungguhnya takwil itu dalah ungkapan tentang pengambilan makna dari lafazh yang bersifat probabilitas yang didukung oleh dalil dan menjadikan arti yang lebih kuat dari makna yang ditujukan oleh lafazh zahir.”

- Menurut Abu Zahra : takwil adalah mengeluarkan lafazh dari artinya yang zahir kepada makna yang lain, tetapi bukan zahirnya Para ulama ushul merupakan kelompok yang paling mendalami kajian ayat-ayat AlQur’an, bila dibandingkan dengan kelompok disiplin ilmu lainnya. Hal itu mereka lakukan untuk kepentingan pengambilan hukum (istimbath al-ahkam). 

Sehingga kajian para ulama ushul merupakan kelanjutan dari kajian para ulama bahasa dan hadith. Dari pendalaman kajian tersebut, mereka menemukan beberapa bentuk ta’wil, diantaranya mengkhususkan lafazh yang umum (takhshish al-umum), membatasi lafazh yang mutlak(taqyid al-muthlaq), mengalihkan lafazh dari maknanya yang hakiki.

Maka dapat dipahami bahwa ta’wil adalah metode khusus dalam memahami semantik makna tertentu. Namun, ta’wil memiliki metodologi yang mengikat berupa aturan-aturan baku yang tidak bisa dilanggar secara serampangan.

Oleh karenanya, metode yang berlaku pada ta’wil akan sangat sulit didapatkan jika disamakan dengan metode semantik lainya. Dalam hal ini, hermeneutika yang diidentikkan dengan ta’wil, terlihat Jelaslah perbedaan keduanya, khazanah historisitas antara keduanya sangat jauh berbeda. 

Di mana ta’wil lahir sebagai taqwim terhadap makna, bukan untuk melepaskan makna menjadi liar sehingga melanggar batas-batas Qoth’iyyah dan tsubutiyyah sebagaimana yangt erjadi pada hermeneutika.

Contoh Tawil dalam Sejarah

1. Imam Al-Ghazali (1058-1111 M)

Imam Al-Ghazali, salah satu tokoh Sufi dan filosof terkemuka dalam sejarah Islam, sering melakukan tawil terhadap ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis untuk menjelaskan konsep-konsep spiritual yang mendalam. Contohnya, dalam karyanya "Ihya' Ulumuddin," beliau melakukan tawil terhadap ayat tentang sifat-sifat Allah untuk menjelaskan bahwa sifat-sifat tersebut harus dipahami secara metaforis, bukan secara harfiah, untuk menghindari pemahaman antropomorfis tentang Tuhan.

2. Ibnu Sina (980-1037 M)

Ibnu Sina, atau Avicenna, adalah seorang filsuf dan ilmuwan Muslim yang terkenal. Dalam karya-karyanya, ia sering melakukan tawil terhadap ayat-ayat Al-Qur'an untuk menyelaraskan antara ajaran Islam dengan prinsip-prinsip filsafat. Contohnya, dalam bukunya "Al-Shifa," Ibnu Sina melakukan tawil terhadap konsep penciptaan untuk menyatakan bahwa penciptaan adalah suatu proses emanasi yang abadi dari Allah, bukan suatu peristiwa yang terjadi dalam waktu tertentu.

3. Imam Al-Tabari (839-923 M)

Imam Al-Tabari, seorang ulama dan ahli tafsir terkemuka, dalam karyanya "Tafsir Al-Tabari," sering melakukan tawil untuk menjelaskan ayat-ayat yang ambigu atau yang memiliki berbagai penafsiran. Contohnya, dalam tafsirnya tentang ayat yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah, beliau menggunakan tawil untuk menjelaskan bahwa sifat-sifat tersebut harus dipahami dalam konteks yang sesuai dengan kemuliaan dan kebesaran Allah, bukan dalam pengertian manusiawi.

4. Ibn Arabi (1165-1240 M)

Ibn Arabi, seorang mistikus dan filsuf Sufi terkemuka, dikenal dengan tawil-tawilnya yang mendalam terhadap simbolisme dalam Al-Qur'an. Dalam karyanya "Fusus al-Hikam," beliau melakukan tawil terhadap kisah-kisah para nabi untuk mengungkapkan makna spiritual dan esoteris yang tersembunyi di balik cerita-cerita tersebut.

5. Imam Razi (1149-1209 M)

Imam Razi, seorang ahli tafsir, teolog, dan filsuf, dalam karyanya "Tafsir Al-Kabir" atau "Mafatih Al-Ghayb," melakukan tawil terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan ilmu kalam dan filsafat. Beliau menggunakan pendekatan rasional untuk menjelaskan konsep-konsep seperti keadilan Allah, takdir, dan kehendak bebas.

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Berita Terkait

Paling Banyak Dilihat